REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operator telekomunikasi diminta mewaspadai berlanjutnya penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menembus kisaran Rp 13.000 per dolar AS. Analis dari Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan, pelemahan tersebut berpotensi menekan kinerja keuangan perusahaan.
Tiga operator telekomunikasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat dilaporkan telah menyampaikan kinerja keuangan tahun buku 2014 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kecuali Telkom, selama 2014 Indosat dan XL Axiata mengalami tekanan karena banyak berutang dalam dolar AS," kata William di Jakarta, Senin (16/3).
Indosat sesungguhnya sudah mencoba mengkonversi sebagian utangnya dalam dolar AS ke rupiah, sedangkan XL lebih karena aksi korporasi membeli Axis dan berutang dalam dolar AS.
Telkom dalam laporan keuangannya mencatat pendapatan sebesar Rp89,696 triliun sepanjang 2014 atau naik 8,11 persen dibandingkan 2013 sebesar Rp 82,967 triliun, dengan laba Rp 14,638 triliun atau naik 3,05 persen dibandingkan 2013 sebesar Rp 14,205 triliun.
Sementara XL sepanjang 2014 membukukan pendapatan Rp 23,56 triliun naik 10 persen dibandingkan 2013 sebesar Rp21,35 triliun, namun mencatat kerugian sebesar Rp 891 miliar berbanding terbalik dengan 2013 yang masih untung Rp 1,033 triliun.
Indosat mencetak pendapatan Rp 24,08 triliun, tetapi kerugian yang diderita mencapai 154,8 juta dolar AS atau setara Rp2,036 triliun berkurang dibandingkan 2013 sebesar 233,4 juta dolar AS atau setara Rp 3,071 triliun.
Meski begitu, pertumbuhan yang dialami emiten telekomunikasi biasanya cerminan dari fokus pembangunan infrastruktur dan pemasaran yang dilakukan.
"Kalau dilihat Telkom konsisten dalam membangun jaringan serta pemasaran, karena itu bisa tumbuh dan untung. Indosat selama tahun lalu lebih banyak bicara modernisasi jaringan, sementara XL banyak fokus integrasi dengan Axis," katanya.