REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi peringkat nasional jangka panjang Alfamart pada 'AA-(idn)' dengan Outlook Stabil. Fitch juga telah mengafirmasi peringkat obligasi Alfamart sebesar Rp 1 triliun yang akan jatuh tempo pada 2017 di 'AA-(idn)' dan program obligasi berkelanjutan Rp 2 triliun di 'AA-(idn)'.
Fitch menjelaskan obligasi dan program obligasi diberi peringkat yang sama dengan peringkat nasional jangka panjang Alfamart pada 'AA-(idn)' karena obligasi tersebut mencerminkan kewajiban perusahaan yang langsung, tanpa kondisi, dan tanpa jaminan. Peringkat yang diberikan untuk program obligasi tidak menjamin bahwa obligasi yang diterbitkan dalam program tersebut akan diperingkat.
"Atau peringkat yang diberikan kepada obligasi tertentu akan memiliki peringkat yang sama dengan program obligasi," kata Analis Utama Fitch Erlin Salim dalam siaran pers, Jumat (13/3).
Peringkat Nasional 'AA' mencerminkan ekspektasi akan risiko gagal bayar yang relatif rendah terhadap perusahaan atau obligasi yang diterbitkan di negara yang sama. Risiko gagal bayar tersebut pada dasarnya hanya sedikit berbeda dari peringkat perusahaan atau obligasi tertinggi di negara yang bersangkutan.
Fitch mengatakan aktivitas berkaitan dengan pemilu biasanya berkontribusi terhadap peningkatan penjualan per hari, namun, hal ini tidak terjadi pada 2014. Sentimen konsumen yang lemah dan kompetisi yang lebih intens berkontribusi terhadap perlambatan pertumbuhan penjualan toko yang sama menjadi 6 persen pada 2014 dibandingkan pertumbuhan rata-rata historis 9 persen.
Sentimen konsumen yang lebih lemah banyak didorong oleh inflasi yang lebih tinggi dan penghapusan subsidi bahan bakar di akhir 2014. Meskipun demikian, Fitch menilai profil keuangan Alfamart tetap sesuai dengan ekspektasi Fitch walaupun rasio utang berada sedikit di atas ekspektasi awal.
Dengan lebih dari 10 ribu toko dalam portofolio, Alfamart mengontrol sekitar 50 persen pangsa pasar retail di Indonesia melalui berbagai merek: Alfamart, Alfamidi, dan Lawson. Alfamart dapat mencapai skala ekonomis atas pusat distribusi sedangkan kepemimpinan pasar mendukung daya beli perusahaan.
Meskipun Alfamart dan kompetitornya Indomaret telah berekspansi dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir dan tingkat kepadatan toko telah meningkat, Fitch percaya bahwa masih ada ruang untuk toko kelontong modern di Jabodetabek dan daerah luar pulau Jawa.
"Populasi yang besar dan kelas menengah yang meningkat, dan tingkat penetrasi toko kelontong modern yang masih rendah akan mendukung pertumbuhan di sektor ini." kata Erlin.