REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koalisi Responsibank Indonesia telah melakukan penilaian terhadap sejumlah kebijakan investasi 11 bank terbesar di Indonesia yang terdiri dari delapan bank nasional dan tiga bank asing terbesar.
Penilaian itu menghasilkan pemeringkatan bank berdasarkan unsur-unsur sosial dan lingkungan hidup dalam kebijakan investasi yang mereka publikasikan.
Hasil penilaian menunjukkan, baik bank asing maupun nasional, masih kurang peduli terhadap isu sosial dan lingkungan hidup. Pemeringkatan menghasilkan skor cukup atau sangat kurang.
Bank-bank asing mendapatkan skor sedikit lebih baik dari bank nasional, yaitu antara dua sampai empat. Sedangkan, bank-bank nasional mendapatkan skor nol sampai dua dalam skala yang sama, yakni skala 1-10.
Koalisi Responsibank Indonesia terdiri dari Perkumpulan Prakarsa, YLKI, Walhi, PWYP, ICW, dan Infid. Menurut peringkat Responsibank, urutan pertama dari 11 bank yang dinilai adalah HSBC dengan skor akhir empat, diikuti dua bank asing lainnya, Citibank dan Mitsubishi-UFJ.
Sedangkan bank nasional terbaik adalah BNI dan Danamon dengan skor satu, dan bertengger di peringkat empat dan lima dari 11 bank lainnya. Bank-bank nasional lainnya tidak mendapatkan nilai sama sekali karena skor akhir lebih kecil dari 0,5.
Peringkat buncit ditempati BCA, dan Bank Panin, yang masing-masing hanya memeroleh nilai 0,14 dan 0,08 dari skala 1-10. Dengan hasil tersebut rata-rata nilai bank-bank di Indonesia adalah yang terburuk di antara tujuh negara.
Tujuh negara itu, Brasil, Belgia, Perancis, Jepang, Belanda, dan Swedia yang sama-sama menjalankan inisiatif fair finance guide international.
"Bank merupakan penopang penting ekspansi industri ekstraktif di Indonesia. Degradasi lingkungan, deforestisasi, dan hilangnya hak rakyat atas wilayah kelola akibat praktik industri ekstraktif mesti dilihat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari investasi modal bank," kata dia dalam Peluncuran Perangkat Penilaian Bank, Jakarta, Rabu (11/3) siang.