REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Indeks Dow membuang lebih dari 330 poin pada Selasa atau Rabu (11/3) pagi WIB, di tengah kekhawatiran baru tentang kenaikan suku bunga dan penguatan dolar AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 332,78 poin (1,85 persen) menjadi ditutup pada 17.662,94. Indeks berbasis luas S&P 500 turun 35,27 poin (1,70 persen) menjadi berakhir di 2.044,16, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq jatuh 82,64 poin (1,67 persen) menjadi 4.859,80.
Dolar didorong ke tertinggi multi-tahun terhadap euro dan yen di tengah harapan tinggi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga mendekati nol lebih cepat dari yang diantisipasi sebelumnya, setelah laporan pekerjaan AS untuk Februari menguat pada Jumat lalu.
Jason Furman, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyoroti hambatan pada eksportir AS akibat greenback yang kuat dalam konferensi bisnis di Washington. "Laporan pekerjaan pada Jumat membangunkan pengingat bahwa suku bunga tinggi kemungkinan datang lebih awal daripada yang diperkirakan dan mereka tidak akan diterima baik oleh pasar modal," kata Michael James, direktur perdagangan ekuitas Wedbush Securities.
Aksi jual cukup luas, namun bank-bank besar lebih menderita daripada sebagian besar sektor lainnya. Anggota Dow, JPMorgan Chase, kehilangan 2,5 persen, sementara Citigroup anjlok 3,3 persen.
Satu hari setelah meluncurkan smartwatch-nya, teknologi kelas berat Apple jatuh 2,0 persen. Saham teknologi lainnya juga turun, termasuk Google merosot 2,2 persen dan Facebook berkurang 2,4 persen.
Komponen Dow, Chevron, turun 1,0 persen karena mengumumkan rencana untuk melakukan divestasi aset 15 miliar dolar AS hingga 2017, naik dari target sebelumnya 10 miliar dolar AS.
Pengecer pakaian berorientasi kalangan muda Urban Outfitters menjadi paling menonjol, melompat 11,5 persen setelah melaporkan bahwa penjualan kuartal keempatnya naik enam persen. Laba bersih turun 9,5 persen menjadi 80,3 juta dolar AS.
Pembuat chip Qualcomm turun 1,1 persen sekalipun setelah mengumumkan akan meluncurkan program pembelian kembali saham sebesar 15 miliar dolar AS dan menaikkan dividennya sebesar 15 persen.
Harga obligasi naik. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS berjangka 10-tahun turun menjadi 2,13 persen dari 2,19 persen, sedangkan pada obligasi 30-tahun turun menjadi 2,73 persen dari 2,80
persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak berlawanan arah.