Rabu 11 Mar 2015 02:35 WIB

Kuba Bela Venezuela Soal Sanksi AS

Salah satu sudut kota Caracas, Venezuela.
Foto: AP
Salah satu sudut kota Caracas, Venezuela.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Kuba memberikan dukungan tanpa syarat kepada Venezuela, Selasa (11/3), setelah Presiden AS Barack Obama menjatuhkan hukuman baru atas pejabat tinggi di negara bergolak penghasil minyak Amerika Selatan. Pernyataan resmi, yang disiarkan di media negara pulau itu, menyebut perintah pemberlakuan hukuman oleh Obama sebagai tindakan sewenang-wenang dan agresif.

"Kuba menegaskan lagi dukungan tanpa syaratnya dan dukungan rakyat untuk Revolusi Bolivar, pemerintahan sah Presiden Nicolas Maduro, dan saudara-saudara rakyat Venezuela yang heroik," demikian pernyataan tersebut.

Tanggapan Kuba itu menjadi konfrontasi publik pertama dengan Amerika Serikat sejak kedua negara memulai pembicaraan pada Desember untuk memulihkan hubungan diplomatik.

Kuba bergabung dengan sekutu kiri lain kawasan tersebut, yang membela Venezuela setelah pemberlakuan sanksi itu. Menteri Luar Negeri Ekuador pada Senin kemarin memperingatkan bahwa blok Amerika Selatan UNASUR tidak akan mengizinkan campur tangan asing ataupun kudeta di Venezuela. Di Karakas, Maduro menolak keras sanksi baru itu.

Tak lama setelah sanksi itu diumumkan, ia memanggil pulang perwakilan di Washington dan pada Senin malam menyatakan tindakan AS itu sebagai tindakan paling agresif, tidak adil dan merugikan terhadap Venezuela.

Maduro menyebut sanksi itu "luapan kasar" Obama, sementara ia dikelilingi puluhan menteri dan pemimpin militer di istana kepresidenan.

"Anda tidak punya hak untuk menyerang kami dan menyatakan bahwa Venezuela merupakan ancaman bagi rakyat Amerika Serikat. Ancaman bagi rakyat Amerika adalah diri anda sendiri," katanya dalam pidato dua jam.

Ekonomi Venezuela dalam krisis, dengan melonjaknya inflasi dan harga-harga barang tidak tersedia atau tidak terjangkau sebagian besar warga di pasar gelap. Maduro menanggapi kondisi itu dengan meningkatkan upaya menghentikan perselisihan pendapat, menahan tokoh-tokoh oposisi dan seringkali mengungkap rencana kudeta.

Saat mengaktifkan kembali sanksi tersebut, Obama menyebut situasi di Venezuela merupakan ancaman luar biasa terhadap keamanan nasional Amerika Serikat. Sanksi itu menargetkan pejabat-pejabat Venezuela yang oleh AS dikaitkan dengan kasus pelanggaran hak asasi manusia, termasuk pembubaran unjuk rasa anti-pemerintah pada 2014 yang menewaskan 43 orang.

Dalam sanksi itu, rekening bank di AS dan properti tujuh pejabat, termasuk seorang kepala polisi dan kepala intelijen, dibekukan. Mereka memperpanjang dan memberlakukan hukuman lain terhadap Venezuela yang diadopsi Kongres AS tahun lalu.

Uni Eropa pada Selasa mengatakan tidak berencana mengikuti langkah AS memberlakukan sanksi terhadap Venezuela. "Tidak ada seorangpun punya hak untuk campur tangan urusan dalam negeri sebuah negara berdaulat atau untuk menyatakan, tanpa dasar, bahwa seseorang merupakan ancaman terhadap keamanan nasional," kata Kuba.

Kuba mengatakan, langkah AS itu merupakan balasan atas langkah (Venezuela) yang mempertahankan kedaulatannya menghadapi tindakan campur tangan otoritas pemerintah dan Kongres Amerika Serikat.

 emimpin Kuba Fidel Castro mengucapkan selamat kepada Maduro atas sikapnya yang cerdas dan berani melawan AS dalam sebuah surat yang dipublikasikan, Selasa oleh media Kuba.

"Kata-kata Anda akan tercatat dalam sejarah sebagai bukti bahwa umat manusia bisa dan harus mengetahui kebenaran," kata Castro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement