REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- India mengakui masih sangat tergantung dengan minyak sawit Indonesia. Impor dari Indonesia diyakini akan terus bertambah sejalan denggan permintaan/kebutuhan yang terus meningkat.
"Dari 7,59 juta ton impor minyak sawit India pada tahun lalu, misalnya, sebagian besar berasal dari Indonesia," kata President The Solvent Extractors Association of India (SEA), Pravin S Lunkad, Ahad (8/3).
Pravin dan belasan orang anggota SEA lainnnya yang merupakan importir minyak nabati itu berada di Sumatera Utara sejak Kamis lalu (5/3), untuk melihat perkebunan dan industri sawit di daerah itu dan membicarakan peluang bisnis dengan pengusaha Sumut. India, kata dia, diyakini akan tetap dan semakin tergantung dengan minyak sawit dari Indonesia dengan alasan selain kebutuhan meningkat, minyak sawit Indonesia juga diketahui semakin memiliki mutu baik.
Kunjungan ke kebun dan industri sawit Sumut seperti ke milik PTPN IV yang dinilai cukup memenuhi ketentuan membuat keyakinan India akan tetap meningkatkan impornya. Namun dia mengakui, pengaruh pajak seperti bea keluar (BK) yang dikenakan Indonesia dan bea masuk (BM) oleh India, sangat mempengaruhi volume impor CPO dan produk turunan lainnya.
"Mungkin itu (BK dan BM) perlu jadi perhatian," ucapnya.
Jumlah penduduk yang sebanyak 1,2 miliar orang, India membutuhkan 18 juta ton minyak nabati, di mana 11 juta ton diantaranya berupa impor. Dari 11 juta ton, sebanyak 7,59 juta ton berupa minyak dari sawit dan sisanya berupa minyak kedelai, minyak bunga matahari, dan bunga lobak.
Pada 2013, persentase impor minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia masing-masing sebesar 70 persen dan 30 persen dari kebutuhan India. Sedangkan pada 2014, komposisi impor India dari Indonesia dan Malaysia masing-masing 60 persen 40 persen.