Jumat 06 Mar 2015 17:48 WIB

Beras Mahal, Warga Jadi Biasa Makan Tiwul

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Dwi Murdaningsih
Harga beras naik di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (23/2).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Harga beras naik di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sulitnya memenuhi kebutuhan hidup selama ini, membuat warga Desa Purwo Asri, Metro, jadi terbiasa makan tiwul, pengganti nasi. Tiwul, menjadi makanan alternatif warga selain nasi.

"Sekarang ini jadi terbiasa makan tiwul, jadi selang-seling sama makan nasi," kata Fiana, salah seorang warga Desa Purwo Asri, Metro Utara, Kota Metro, Provinsi Lampung, Jumat (6/3).

Sebelumnya, ia enggan makan tiwul yang terlihat seperti nasi bekas. Padahal, setelah dicoba beberapa kali ia menjadi doyan makan tiwul. Bahkan, ia sering membuat tiwul untuk selingan makan nasi.

Tiwul adalah makanan olahan dari singkong, yang dicampur dengan menu lainnya. Biasanya, tiwul disajikan ketika warga kesulitan membeli beras, karena mahal. Namun, bagi warga Purwo Asri, tiwul menjadi makanan favorit pengganti nasi.

Ia mengatakan harga sebungkus tiwul separuh harga nasi uduk. "Jadi dari harga saja sudah murah, dan mengenyangkan perut. Lumayan bisa berhemat uang belanja," katanya.

Penjual tiwul di pasar tempel Purwo Asri, mengaku peminat tiwul selalu ada. Bahkan, tiwul menjadi sarapan pagi pengganti nasi uduk. Selain harganya murah, rasanya tidak kalah dengan nasi uduk.

Menurut dia, makanan tiwul mulai digemari warga setelah terjadi kenaikan berbagai macam bahan pokok, akibat kenaikan bahan bakar minyak. Warga merasakan memenuhi kebutuhan hidup semakin sulit, sedangkan kebutuhan makan keluarga tidak bisa ditinggalkan.

"Salah satunya membuat makanan tiwul atau beli tiwul di pasar. Lumayan harga murah perut kenyang," kata Marsiyem, penjual tiwul yang sudah setahun terakhir.

Sejak itu, kata dia,  banyak anak-anak mulai menyukai tiwul. Padahal, zaman dulu, selagi beras tersedia murah, tiwul termasuk makanan yang "dipinggirkan", karena untuk golongan tidak mampu. Sekarang ini, berbagai keluarga mampu-tidak mampu menyukai tiwul, sebagai makanan alternatif pengganti nasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement