REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (5/3) sore, bergerak menguat tipis sebesar tujuh poin menjadi Rp 12.968 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 12.975 per dolar AS.
"Rupiah berbalik arah ke area positif setelah sempat tertekan ke level Rp 13.000 per dolar AS di pasar valas domestik menyusul ekspektasi data cadangan devisa Indonesia periode Februari 2015 masih stabil," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Kamis (5/3).
Menurut dia, cadangan devisa pada Februari 2015 masih relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yakni di kisaran 114 miliar dolar AS. Cadangan devisa Indonesia itu masih bisa memenuhi lebih dari enam bulan kebutuhan impor.
Kendati demikian, ia menambahkan bahwa penguatan rupiah masih bersifat sementara karena dibayangi oleh belum adanya kepastian bank sentral AS (Federal Reserve) mengenai waktu penurunan suku bunganya (fed fund rate).
"Sampai pertengahan tahun ini, volatilitas rupiah diperkirakan masih akan tinggi," ucapnya.
Di sisi lain, lanjut dia, adanya ekspektasi penurunan kembali tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) membuat investor berorientasi jangka pendek akan cenderung menarik dananya, karena turunnya BI rate dapat menurunkan imbal hasil investasi. "Namun di sisi lain, diturunkannya BI rate dapat mendorong ekspansi perusahaan domestik meningkat sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke depannya," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (5/3) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp 13.022 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (4/3) di posisi Rp 12.963 per dolar AS.