Rabu 04 Mar 2015 15:43 WIB

Rupiah Melemah, Menko: Perekonomian Membaik

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Satya Festiani
Dollar Naik, Rupiah Turun: Petugas menghitung uang pecahan 100 Dollar dan uang pecahan Rp. 100 ribu di salah satu tempat penukaran uang, Jakarta, Kamis (12/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Dollar Naik, Rupiah Turun: Petugas menghitung uang pecahan 100 Dollar dan uang pecahan Rp. 100 ribu di salah satu tempat penukaran uang, Jakarta, Kamis (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator bidang Perekonomian menilai secara garis besar perekonomian Indonesia membaik. Penguatan dolar AS terjadi hampir kepada seluruh negara.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, pelemahan mata uang tidak hanya terjadi pada rupiah. Bahkan, apabila dibandingkan negara lain nilai tukar rupiah masih lebih baik. ''Jadi, ini adalah semua mata uang melemah terhadap dolar AS,'' kata dia di Istana Negara, Rabu (4/3).

Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate hari ini, Rabu (4/3), nilai tukar rupiah Rp 12.963.

Menurut Sofyan, kondisi perekonomian Indonesia membaik. Indikatornya, tingkat inflasi turun, investasi asing meningkat, dan indeks harga saham gabungan (IHSG) naik. Kemudian, tata kelola perekonomian Indonesia terus membaik dan manajemen fiskal lebih sehat. Pasalnya, tidak tersandera lagi dengan kenaikan harga minyak dunia. ''Dulu kita khawatir setiap mengubah APBN'' ujar dia.

Dia menerangkan, rupiah menganut rezim devisa bebas. Pasalnya, persediaan dan permintaan yang memengaruhi rupiah.

Sofyan menekankan, yang paling utama adalah perbaikan fundamental ekonomi negara. Pemerintah tidak bisa melakukan intervensi dalam hal tersebut. Alasannya, intervensi dari pemerintah tidak berguna. Karena itu Bank Indonesia (BI) tidak melakukan intervensi. Pasalnya, apabila dilakukan intervensi walaupun sampai cadangan devisa habis, rupiah tetap tidak menguat. Karena itu, yang perlu dilakukan adalah memperbaiki perekonomian negara.

Dia menuturkan, kenaikan bahan bakar minyak (BBM) disesuaikan dengan harga keekonomian. Pasalnya, BBM sudah disesuaikan dengan harga keekonomian.

Masalah listrik, lanjut dia, memang harus dilihat penempatan waktunya. PT PLN (Persero) juga selalu memantau indikator-indikator yang memengaruhi harga listrik.

Sofyan menuturkan, rupiah melemah karena banyak permintaan dolar untuk membayar deviden, utang, dan lainnya. Alhasil, pelemahan rupiah karena faktor permintaan semata. Dia mengaku tidak bisa mematok  target lama waktu rupiah kembali normal.

Sofyan menilai, tidak semua orang merugi karena pelemahan rupiah. Semisal, eksportir, petani-petani produk ekspor, petani kakao, petani sawit, dan lain-lain. Sebaliknya, yang melakukan impor bahan baku akan mengalami masalah karena harganya naik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement