REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji 12 kg mempengaruhi tingkat inflasi.
Deputi Bidang Statistik dan Distribusi Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, kenaikan harga BBM memiliki andil besar dalam menentukan inflasi. Ia memperkirakan, kenaikan harga BBM sebesar Rp200 akan berdampak pada inflasi sebesar 0,08 persen. Sedangkan harga kenaikan harga tabung elpiji 12 kg memberikan pengaruh inflasi sebesar 0,04 persen.
Sasmito menuturkan, walaupun terjadi kenaikan harga BBM dan elpiji 12 kg potensi deflasi kemungkinan tetap terjadi pada Maret. Alasannya, puncak panen akan terjadi pada komoditas pangan. Suplai pangan yang cukup tersebut akan memberi dampak terjadinya deflasi pada Maret.
''Harga beras akan turun, juga komoditas lainnya,'' kata dia, Senin (2/3) siang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sepanjang Februari sebesar 0,36 persen. Angka ini merupakan deflasi kedua tertinggi dalam 50 tahun terakhir. Deflasi utamanya dipengaruhi penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Januari lalu.
Pemerintah menaikkan harga BBM berjenis premium untuk Jawa, Madura dan Bali dari Rp6.600 menjadi Rp6.800 yang berlaku (1/3) lalu. Selain itu, harga elpiji 12 kg naik Rp5.000 pada Maret ini.
Sasmito menuturkan, dampak kenaikan harga BBM dan elpiji 12 kg akan diimbangi dengan penurunan komoditas pangan. Alhasil, akan seimbang dampaknya. Akan tetapi, kemungkinan inflasi tetap bisa terjadi apabila pemerintah tidak mampu mengendalikan distribusi sembako dengan baik. Inflasi bisa terjadi sekitar di bawah 0,5 persen.