REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sempat beberapa waktu lalu menggulirkan isu mafia sebagai dalang melonjaknya harga beras, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengaku masih mengumpulkan data akurat menyoal keberadaannya. Teknisnya, Kemendag akan membentuk tim audit stok distribusi beras bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN), Bareskrim Polri dan lembaga survei.
"Besok kita akan mulai bekerja," kata Direktur Bapokstra Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Robert J Bintaryo pada acara diskusi bertajuk "Harga Beras Tidak Waras" di Warung Daun Cikini pada Sabtu (28/2). Tim, kata dia, akan mendapatkan data detail soal kesalahan mekanisme distribusi berikt pwnyimpangannya secara rill di lapangan.
Ditanya soal keberadaan mafia beras sebagaimana disinggung Mendag Rachmat Gobel beberapa waktu lalu, ia mengaku belum dapat memastikannya. Namun Robert menilai salah satu penyebab harga beras naik tak merata disebabkan ulah spekulan.
Karenanya, Kemendag mengutus Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan operasi pasar (OP). Diharapkannya, seiring tim audit yang akan bekerja mencari dalang harga beras naik seenaknya, harga beras akan turun sesuai ketetapan pemerinyah dalam dua minggu kemudian.
Seperti diketahui, awal Februari 2015 harga beras melonjak khususnya di kawasan Jakarta sebesar 30 persen. Kenaikan terjadi di aejumlah titik distribusi di antaranya Pasar Induk Cipinang, Pulogadung, Jakarta Timur. Beras yang paling murah atau kualitas medium naik dari Rp 8.500 menjadi Rp 11 ribu per kg. Sementara untuk kualitas premium dari Rp 9.500 naik menjadi Rp 12 ribu per kg.