REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG -- Pelaku industri baja menyambut baik adanya penerapan bea masuk yang diusulkan oleh pemerintah sebesar 15 persen. Usulan tersebut dinilai sangat membantu industri baja yang saat ini sedang lesu.
Direktur Marketing Garuda Steel Group Chairuddin mengatakan, apabila semua pembangunan infrastruktur di Indonesia menggunakan baja dalam negeri maka akan meningkatkan pendapatan pajak dan menghemat cadangan devisa. Selain itu, penyerapan tenaga kerja juga menjadi lebih tinggi.
"Ini dapat melindungi industri baja dari gempuran impor, yang merugikan produsen dalam negeri," ujar Chairuddin, Kamis (26/2).
Chairuddin menjelaskan, membanjirnya produk impor dari baja sudah dirasakan oleh pabriknya. Oversupply tersebut mengakibatkan pabrik beroperasi hanya 7 hari sampai 10 hari setiap bulan dan mengalami over stock. Tak hanya itu, penyerapan utilisasinya juga menurun menjadi 30 persen. Menurutnya, penurunan ini mulai dirasakan dalam kurun waktu enam bulan lalu.
"Pemerintah harus pintar memilah produk mana yang harus impor dan produk apa saja yang produksi lokal, dengan demikian industri nasional akan tumbuh," kata Chairuddin.
Untuk meningkatkan daya saing, Garuda Steel Group akan melakukan ekspansi dengan membangun smelter, yang rencananya akan beroperasi pada Maret 2016. Nilai investasinya mencapai 200 juta dolar AS dengan kapasitas 750 ribu ton per tahun. Bahan baku yang diolah diambil dari dalam negeri yakni Kalimantan, Padang, dan Aceh. Produk yang dihasilkan dari pengolahan di smelter tersebut yakni hot metal.