REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Dr Joubert Maramis mengatakan produk reksa dana perlu disosialisasikan hingga kabupaten sehingga mampu mendapatkan sebanyak mungkin investor mikro.
"Penerbitan produk reksa dana yang cenderung minim, akibat banyak yang tidak paham akan produk tersebut," kata Joubert, di Manado, Kamis (26/2).
Solusinya adalah pengelola bursa dan manajer investasi perlu melakukan sosialisasi sampai ke daerah-daerah. Juga perlu kerja sama dengan lembaga pembiayaan mikro.
"Intinya mendapatkan sebanyak mungkin investor mikro di daerah daerah atau kabupaten," kata dia.
Investasi mainstream seperti saham, kata dia, memang dampak pendapatan atau return mulai terasa minimal investasi di atas Rp200 juta.
"Nah untuk masyarakat yang punya dana investasi Rp 10 juta kan lebih baik dikumpul oleh manajer investasi dalam produk reksa dana sehingga bisa dapat manfaat yang sama. Jadi reksa dana dapat dikatakan produk investasi gotong royong," jelasnya.
Reksa dana itu, katanya, hanya alternatif investasi selain saham, obligasi, derivatif dan valas. Reksa dana, katanya, dikelola oleh manajer investasi karena memang produk ini untuk investor kecil-kecilan jadi memang dikumpul lebih dulu oleh beberapa investor. Bila dana cukup, baru dibelikan paket portofolio dana reksa.
Lambatnya perkembangan dana reksa, katanya, juga karena sosialisasi pasar modal ke investor ritel dan masyarkat umum, masih rendah di Indonesia. Kalau dananya sedikit, kata dia, masyarakat lebih suka simpan uang di bank.