Selasa 24 Feb 2015 12:01 WIB

Impor Bukan Solusi Atasi Masalah Beras

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Satya Festiani
Warga membeli beras di agen beras Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (23/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Warga membeli beras di agen beras Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin mengatakan, pemerintah belum perlu melakukan impor beras. Karena membuka keran impor menjelang musim panen akan berdampak pada harga produksi petani.

"Impor hanya boleh dilakukan satu bulan sebelum panen raya dan dua bulan sesudah panen raya," kata Bustanul di Jakarta, Selasa (24/2).

Bustanul menjelaskan, impor beras masih mengalami tumpang tindih. Pada 2014 lalu, data menunjukkan bahwa beras mengalami surplus. Akan tetapi, masih ada impor beras sebesar 500 ribu ton.  

"Berarti secara tidak langsung pemerintah sendiri tidak terlalu percaya terhadap data," ujar Bustanul.

Menurut Bustanul, apabila memang ada indikasi mafia beras, pemerintah harus segera memprosesnya dengan tindakan hukum. Namun, harus diliat juga seberapa kuat mafia tersebut memainkan harga di pasar. Bustanul mengatakan, seharusnya Bulog lebih kuat dari mafia beras.

Pasalnya, Bulog memiliki kemampuan kapasitas gudang mencapai empat juta ton. Sedangkan, para pedagang belum tentu mempunyai kapasitas gudang sebesar Bulog. Dengan demikian, semestinya Bulog mampu melakukan stabilisasi harga dan manajemen stok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement