REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi UI Faisal Basri menilai target peningkatan ekspor nonmigas sebesar 300 persen dalam lima tahun masa Presiden Joko Widodo akan sulit tercapai.
"Ekspor tahun ini di dunia paling tinggi 3,8 persen, kita naiknya 28 persen, itu tidak mungkin," katanya saat diskusi Rethinking Kebijakan Perdagangan Menuju Target Ekspor 2015 di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (23/2).
Ia mengatakan, salah satu contohnya adalah jika nilai ekspor pada 2014 yang sebesar 183,4 miliar dolar AS dijadikan basis peningkatan ekspor, maka dalam kurun watu lima tahun ke depan, kinerja ekspor nonmigas harus mencapai 528,9 miliar dolar AS.
"Jadi ekspor harus naik 300 persen atau tiga kali lipat. Berarti target nonmigasnya harus lebih kencang lagi yakni rata-rata pertumbuhan ekspor setahun harus 24 persen, jika semua naik," ujar Faisal.
Faisal yang juga Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas itu menambahkan, tidak ada negara yang mengalami kenaikan ekspor secara terus-menerus jika basis ekspornya adalah komoditas, karena tidak berkelanjutan.
Sementara jika dilihat dari produk manufaktur, Indonesia hanya mengekspor 34 persen dari total ekspor.
"Ekspor turun terus, Januari 2015 turun 8,1 persen. India yang tinggi saja hanya 74 persen, sementara kita mau naik 300 persen," kata Faisal.
Kementerian Perdagangan pada masa kepemimpinan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menargetkan peningkatan ekspor sebesar 300 persen atau tiga kali lipat pada 2019. Sementara target pemerintah pada era Susilo Bambang Yudhoyono diawal 2014 tercatat sebesar 190 miliar dolar AS. Namun, target tersebut dikoreksi menjadi 184,3 miliar dolar AS atau hanya mengalami kenaikan 0,9 persen dari kinerja ekspor tahun 2013.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor paling tinggi terjadi pada 2010 yakni kinerja ekspor nonmigas terdongkrak 33,02 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai ekspor Indonesia secara kumulatif selama Januari-Desember 2010 mencapai 157,73 miliar dolar AS, atau naik 35,38 persen dibanding periode yang sama 2009, sementara ekspor nonmigas mencapai 129,67 miliar dolar AS atau meningkat 33,02 persen.