REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- International Monetary Fund (IMF) memprediksi, belum terencananya strategi untuk menarik jajaran nasabah besar di tengah populasi Muslim global dapat menghambat prospek perbankan syariah.
''Keuangan Islam, dalam format yang ada saat ini, belum banyak berkontribusi dalam meningkatkan inklusi keuangan. Mereka perlu memperbaiki sistem operasional untuk menarik nasabah besar, melayani UKM, dan menjadi inisiator modal ventura,'' tulis ketua tim studi IMF ini, Sami Ben Naceur seperti dilansir laman Gulf Times, Kamis (19/2).
Riset ini juga menggaris bawahi beberapa tantangan yang mungkin akan dihadapi industri perbankan syariah antara 2014 hingga 2018. Studi IMF menyarankan bank-bank syariah untuk memperbaiki model operasional mereka dalam mencari nasabah karena bank-bank besar seperti Dubai Islamic Bank, Standard Chartered dan Abu Dhabi Islamic Bank bahkan sudah menyasar negara-negara mayoritas Muslim di luar negara asal mereka, di antaranya Kenya dan Irak.
Studi IMF ini mensurvei 57 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OIC). Dalam studi ini terungkap, individu yang menggunakan jasa perbankan syariah karena alasan religi lebih besar dari negara lain di luar OIC. Studi ini juga mengungkapkan penggunaan jasa perbankan syariah lebih lambat dari akses fisik yang ditawarkan industri.