Ahad 22 Feb 2015 10:19 WIB

Sukuk Ritel Buka Jalan Inklusi Keuangan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sukuk Ritel (ilustrasi)
Foto: Antara
Sukuk Ritel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sadar masih memiliki keterbatasan pendapatan, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menerbitkan sukuk ritel. Selain untuk membiayai kebutuhan negara, sukuk ini diharapkan jadi jalan tercapainya inklusi keuangan.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan karena masih ada kerterbatasan untuk membiayai APBN, penting bagi pemerintah untuk mendapatkan dari publik melalui surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara.

Sejak diterbitkan pertama kali pada 2008, sukuk negara selalu sukses dengan animo tinggi karena didasarkan pada prinsip syariah, aman, likuid dengan keuntungan yang baik.

Adanya sukuk negara juga mendorong pengembangan pasar keuangan syariah karena semua WNI bisa jadi investor sesuai profil risiko. Di sukuk umum, masyarakat susah berinvestasi karena penyertaannya besar, ini yang biasa ada di Timur Tengah. 

Sukuk ritel membuka kesempatan bagi masyarakat kecil menegah. Di negara mayoritas Muslim, ini jadi alternatif terbaik meningkatkan kesejahteraan.

''Jadi yang bisa berinvestasi tidak hanya mereka yang memiliki dana besar, tapi juga rumah tangga menengah. Mereka jadi bisa ikut memiliki pembangunan negerinya, ini iklusi keuangan yang sesungguhnya,'' ungkap Bambang, saat peluncuran sukuk ritel SR-007 di  kantor Kementerian Keuangan, Jumat (20/2).

Sukuk ritel seri ke tujuh, SR-007 yang diterbitkan akhir pekan lalu, merupakan sukuk ke lima yang memiliki underlying berupa proyek pemerintah sejak skim ini digunakan pada SR-004 pada 2012. Ini menjadi bagian inovasi penggunaan skim untuk underlying berbeda.

SR-007 menggunakan akad ijarah asset to be leased, bertenor tiga tahun dengan imbal hasil setara 8,25 persen per tahun. Nilai per unitnya Rp 1 juta dan minimal pemesanan oleh masyarakat Rp 5 juta.

Periode kepemilikan sebelum dilepas ke pasar sekunder selama minimal satu bulan. Masa penawaran akan berlangsung pada 23 Februari 2015 hingga 6 Maret 2015.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko (PPR) Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengungkapkan dari SR-007 dana yang terkumpul ditargetkan bisa mencapai Rp 20 triliun.

''Pemintaan masyarakat sudah mencapai Rp 37 triliun, melebihi yang ditawarkan (over subscribe). Tapi kami belum akan menambah nilainya (up size),'' kata Robert.

Ada 17 agen penjual SR-007 yakni BRI, Mandiri, BNI BCA BMI BSM Standard Chartered, OCBC NISP, ANZ Indonesia, Permata, HSBC, CIMB Niaga, BII, Bank Mega, dan Bank Danamon.

Juga lima perusahaan efek PT Bahana Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT Trimegah Securities, PT Sucorinvest Central Gani, dan PT Reliance Securities.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement