Ahad 15 Feb 2015 12:58 WIB

Gara-Gara Rupiah Melemah, Utang Pemerintah Bertambah

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Dwi Murdaningsih
Dollar Naik, Rupiah Turun: Petugas menghitung uang pecahan 100 Dollar dan uang pecahan Rp. 100 ribudi salah satu tempat penukaran uang, Jakarta, Kamis (12/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Dollar Naik, Rupiah Turun: Petugas menghitung uang pecahan 100 Dollar dan uang pecahan Rp. 100 ribudi salah satu tempat penukaran uang, Jakarta, Kamis (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak pada utang luar negeri (ULN)  pemerintah. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015, penarikan pinjaman luar negeri naik sekitar Rp 1,6 triliun menjadi Rp 48,6 triliun dari APBN 2015. 

Penarikan pinjaman luar negeri terdiri dari pinjaman program sebesar Rp 7,5 triliun atau mengalami kenaikan Rp 360 miliar. Sementara pinjaman proyek naik hampir Rp 2 triliun menjadi Rp 41,1 triliiun. 

Direktur Strategis dan Portofolio Pembiayaan Kementerian Keuangan Schneider Siahaan mengatakan, kenaikan tersebut salah satu faktornya karena nilai tukar dolar AS yang sedang menguat. 

"Jadi karena penyesuaian kurs. Kurs kan melemah sekarang. Tapi, juga karena ada penambahan kebutuhan," kata Schneider ketika dihubungi ROL, Ahad (15/2). 

Beberapa asumsi makro pada APBNP 2015 memang mengalami penurunan. Nilai tukar rupiah ditetapkan sebesar Rp 12.500 per dolar AS dari sebelumnya Rp 11.900 per dolar AS. Kemudian, harga minyak mentah Indonesia turun menjadi 60 dolar AS per barel dari sebelumnya 105 dolar AS per barel. 

Schneider mengatakan pinjaman program senilai Rp 7,5 didapat dari beberapa lembaga donor seperti World Bank dan Asian Development Bank. Dia bahkan mengungkapkan bahwa pemerintah akan menambah jumlah penarikan pinjaman tersebut. 

"Ada yang mau menambahkan. Hanya saya lupa siapa dan berapa. Pokoknya antara ADB dan World Bank sudah bersedia menambah pemberian pinjaman program," ungkap dia. 

Kenaikan penarikan utang juga terjadi melalui penerbitan surat berharga negara (SBN). Pemerintah menargetkan penerbitan SBN senilai Rp 297 triliun dari sebelumnya Rp 277 triliun. Peningkatan ini salah satunya untuk membiayai suntikan modal kepada BUMN. 

Akan tetapi, Schneider mengaku belum mengetahui berapa besaran pasti jumlah penerbitan SBN. Ini karena ia tidak mengikuti sampai selesai proses sidang paripurna APBNP 2015 pada Jumat (13/2) yang sempat molor 10 jam karena kontroversi PMN (penyertaan modal negara). "Saya belum dapat laporan finalnya," kata dia. 

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam paparannya di sidang paripurna, Jumat (13/2) malam mengatakan, postur dan asumsi makro APBNP  2015 merespons perekembangan perekonomian dunia. Normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat dan ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed berpotensi menyebabkan volatilitas di pasar keuangan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Makanya, nilai tukar rupiah ditetapkan sebesar Rp 12.500 per dolar AS. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement