REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Mandiri sepakat dengan upaya pemerintah mendukung konsolidasi perbankan. Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, konsolidasi merupakan slah satu upaya bank masuk kategori Qualified Asean Bank (QAB) menuju Asean Banking Integration Framework (ABIF).
Rohan mengatakan Indonesia butuh beberapa bank yang kuat dan besar. Saat ini jumlah bank umum di Indonesia mencapai 120 bank. Jika dibandingkan dengan negara lain dengan jumlah penduduknya, menurutnya jumlah tersebut masih cukup banyak.
Meskipun, jika nantinya beberapa bank besar di Indonesia merger jumlah asetnya belum bisa mendekati aset bank besar di Asean seperti DBS, MayBank, dan OCBC.
Menurutnya, di dunia internasional, merger bank sangat biasa dilakukan untuk mencapai bank besar. Namun, saat disinggung banyaknya usulan Bank Mandiri melakukan konsolidasi, Rohan menepis hal tersebut. “Bank Mandiri masih jauh, belum ada wacana untuk konsolidasi,” jelasnya.
Selain QAB, hal yang menurutnya segera dicapai perbankan yakni rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 17 persen pada 2017 sesuai ketentuan Basel III. Saat ini Bank Mandiri memiliki CAR 16,47 persen.
Untuk mencapai ketentuan CAR, lanjutnya, perbankan harus menambah modal. Sedianya, Bank Mandiri memperoleh tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah sebesar Rp 5,6 triliun, namun belakangan ditolak oleh DPR. Sebagai alternatif penambahan modal, Rohan mengaku masih akan membicarakan dengan para pemegang saham.
Di samping menjadi QAB dan pemenuhan CAR, Rohan menilai pentingnya menjadi bank yang kuat dan besar bertujuan melindungi pasar domestik. Menurutnya, bank Singapura DBS yang hanya memiliki 30 kantor cabang di negara asalnya, justru memiliki 256 cabang di Indonesia. Sedangkan UOB yang memiliki 60 kantor cabang di Singapura, justru memiliki 600-an cabang di Indonesia.