Jumat 06 Feb 2015 11:37 WIB

Penghematan Anggaran Hambat Pertumbuhan Ekonomi, Ini Jawaban Pemerintah

Rep: satria kartika yudha/ Red: Esthi Maharani
Kepala Bappenas Andrinof Chaniago.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala Bappenas Andrinof Chaniago.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi 2014 hanya tumbuh 5,02 persen. Ini menjadi pertumbuhan terendah dalam lima tahun terakhir. Salah satu penyebabnya karena turunnya konsumsi pemerintah akibat kebijakan penghematan anggaran di triwulan terakhir.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago tidak menampik penurunan konsumsi pemerintah lantaran rendahnya daya serap anggaran akibat penghematan.

Akan tetapi, tegas dia, pemerintah tidak sekadar melakukan penghematan. Tapi mengalihkannya untuk belanja produktif.

"Pemerintah menyiapkan fondasi ekonomi yang lebih kuat. Belanja yang konsumtif dikurangi, yang produktif ditingkatkan," kata Andrinof di komplek parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (6/2).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, konsumsi pemerintah sepanjang tahun 2014 hanya tumbuh 1,98 persen. Padahal tahun 2013 tumbuh 6,93 persen. Penghematan anggaran di triwulan terakhir sangat mempengaruhi karena biasanya daya serap anggaran paling besar terjadi di periode tersebut.

"Tahun ini konsumsi pemerintah akan terdorong karena bertambahnya belanja produktif untuk pembangunan infrastruktur," ujar dia.

Andrinof optimistis belanja infrastruktur juga  akan meningkatkan sektor-sektor lapangan usaha yang mengalami perlambatan tahun lalu. Beberapa sektor lapangan usaha yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian, kehutanan, perikanan, yang hanya tumbuh 4,18 persen pada tahun ini. Terus mengalami penurunan sejak 2012 yang sebesar  4,59 persen  dan 2013 4,20 persen.

Kemudian sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 0,55 persen. Sektor ini menurun sejak 2011 (4,29 persen), 2012 (3,02 persen), 2013 (1,74 persen).  

"Belanja infrastruktur akan menciptakan efek jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi," tutur Andrinof.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement