REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan mencatat bahwa selama 2014 impor secara nasional menurun sebesar 4,5 persen atau sekitar 178,2 miliar dolar AS. Sektor impor yang menurun yakni bahan baku penolong dan barang modal.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Partogi Pangaribuan mengatakan, bahan baku penolong yang impornya turun signifikan antara lain gula sebesar 21 persen, besi dan baja sebesar 12,6 persen dan perangkat optik sebesar 12 persen. Sedangkan pangsa impor barang modal mengalami penurunan menjadi 16,4 persen, dan nilainya mengalami penurunan terbesar dibanding kelompok barang lainnya yakni sebesar 7,1 persen.
"Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa perdagangan kita saat ini mulai harmonis, namun impor belum bisa kita setop sepenuhnya," ujar Partogi di Kantor Kementerian Perdagangan, Selasa (3/1).
Menurut Partogi, impor bahan baku penolong dan barang modal tidak serta merta dapat dihentikan karena dibutuhkan dalam proses produksi. Akan tetapi, jumlahnya bisa dikuranagi dengan melakukan subtitusi impor. Untuk mewujudkan subtitusi impor, Kementerian Perdagangan telah berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) agar selektif menerima investasi yang masuk ke dalam negeri.
Partogi mengakui bahwa penerapan subtitusi impor ini membutuhkan waktu dan akan dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, ke depan impor barang modal dan bahan baku penolong diutamakan bagi sektor produksi. Sementara, bahan lainnya yang bisa di produksi di Indonesia akan dioptimalkan.
"Dengan pembatasan investasi, maka dapat memberikan ruang bagi industri nasional untuk berkembang dan berdaya saing, selama masih bisa diproduksi di dalam negeri akan dioptimalkan," kata Partogi.
Barang modal yang impornya turun signifikan, antara lain mesin-mesin turun sebesar 5,3 persen, peralatan listrik turun 5,4 persen, serta kendaraan dan bagiannya turun 21 persen. Sedangkan pangsa impor barang konsumsi turun sebesar 7,1 persen. Adapun barang konsumsi yang impornya turun signifikan antara lain kapal terbang dan bagiannya turun 62,1 persen, kendaraan bermotor sebesar 30,8 persen, dan makanan olahan sebesar 7 persen.
Sebagian besar impor dari negara mitra dagang utama mengalami penurunan antara lain dari Jepang, Amerika Serikat, dan Malaysia. Barang dari Jepang yang impornya turun yakni kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, serta kendaraan bermotor. Sedangkan, barang dari Malaysia yang impornya turun antara lain besi dan baja, makanan olahan, dan produk kimia. Barang dari AS yang impornya turun yaitu mesin-mesin, produk kimia, dan perangkat optik.