Sabtu 31 Jan 2015 21:55 WIB

Jokowi Andalkan Jatim Sokong Swasembada Pangan

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Presiden Joko Widodo di Kantor Pusat Basarnas, Jakarta, Senin (29/12).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Presiden Joko Widodo di Kantor Pusat Basarnas, Jakarta, Senin (29/12).

REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI—Presiden Joko Widodo berharap target swasembada pangan bisa terrealisasi dalam waktu dekat. Untuk itu, menurut Presiden, kepala daerah harus menjamin kelancaran petani dalam bercocok tanam.

Dalam kunjungan dia ke Ngawi, Jawa Timur (Jatim), Jumat (31/1), Jokowi menyampaikan harapan agar Jatim, sebagai lumbung padi nasional, menggenjot produksinya. Hambatan-hambatan dalam produksi, seperti sedimentasi bendungan harus diatasi.

“Kalau membangun bendungan baru, butuh waktu 3-4 tahun. Padahal kita sedang kejar target, karena itu, fokus utama kita adalah mengidentifikasi di mana ada bendungan-bendungan yang perlu dikeruk, diperbaiki, aliran tersiernya juga segera dibuat agar airnya bisa masuk ke sawah,” ujarnya saat meninjau bendungan Budengan di Desa Legundi, kecamatan Karangjati.

Menurut Jokowi, peran bendungan Budengan bagi pertanian di Jatim, khususnya Ngawi, sangat vital. Untuk itu, ia minta dalam dua pekan, normalisasi bendungan Budengan harus sudah rampung. “Saya optimis bisa dicapai karena disini TNI, Polri, dan warga ikut bekerja. Ini baru namanya kerja, kerja, dan kerja” kata dia.

Senada dengan Jokowi, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo juga optimistis Jatim masih menjadi lumbung padi nasional. Pakde Karwo, sapaan akrabnya mengatakan, produksi padi Jatim pada 2014 tertinggi secara nasional, mencapai 12,3 juta ton dari luas panen sebesar 2.056.192 hektare.

Sementara ketersediaan beras di Jatim pada 2014, totalnya mencapai 8,5 juta ton, di mana konsumsi 3,4 juta ton Beras, dan surplus 5,1 Juta Ton Beras. Seokarwo melanjutkan, normalisasi bendungan Budengan mendapat dukungan penuh dari Pemprov Jatim.

Bendungan Budengan dibangun pada 1971 dengan luar penyangga lahan pertanian seluas 1.593 ha untuk mengaliri sebanyak 14 desa di 3 kecamatan (Karangjati, Pangkur dan Kwadungan). Bendungan tersebut sejak 1982 belum pernah dilakukan pengerukan, akibatnya terjadi penumpukan sedimen (lumpur) sehingga hanya 10 desa yang sawahnya bisa dialiri air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement