Rabu 21 Jan 2015 07:57 WIB

Survei: CEO di Seluruh Dunia Pesimistis Prospek Ekonomi Global

Pertemuan negara-negara G7 di Prancis untuk membahas krisis ekonomi di Eropa dan penyelamatan ekonomi global.
Foto: AP
Pertemuan negara-negara G7 di Prancis untuk membahas krisis ekonomi di Eropa dan penyelamatan ekonomi global.

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Chief Executive Officers (CEO) atau Pejabat Eksekutif Tertinggi perusahaan seluruh dunia kurang percaya tentang prospek ekonomi global dibanding satu tahun lalu. Demikian hasil survei yang dirilis oleh PricewaterhouseCoopers (PwC), Selasa kemarin.

Menurut hasil survei CEO global tahunan ke-18 yang diluncurkan oleh PwC di Forum Ekonomi Dunia di Davos, 37 persen dari para CEO yang terlibat dalam survei berpikir prospek akan membaik dalam 12 bulan ke depan, dibandingkan dengan 44 persen pada tahun lalu .

Disebutkan bahwa 17 persen CEO berpikir prospek akan memburuk, lebih dari dua kali lipat sebanyak tahun lalu.

Sementara itu, 39 persen CEO sangat yakin prospek pertumbuhan bisnis mereka di tahun mendatang dan 37 persen CEO yakin bahwa pertumbuhan ekonomi global akan membaik.

CEO di berbagai belahan dunia memiliki pandangan yang berbeda tentang prospek pertumbuhan. CEO di Asia Pasifik, Amerika Utara dan Timur Tengah melihat peluang pertumbuhan lebih besar hari ini. Di Amerika Latin dan Afrika lebih cenderung untuk melihat ancaman yang lebih besar pada hari ini daripada sebelumnya.

"Secara umum, iklim ekonomi dan bisnis tidak memberikan CEO penyebab besar untuk pekerjaan," kata laporan survei PwC.

Survei tersebut juga menemukan 78 persen CEO khawatir atas regulasi dan 56 persen dari mereka berpikir persaingan lintas sektor terus meningkat.

Survei ini dilakukan atas dasar 1.322 wawancara dengan CEO di 77 negara dan kawasan. Sampel dipilih berdasarkan persentase total Produk Domestik Bruto negara dan wilayah yang termasuk dalam survei, untuk memastikan pandangan CEO terwakili secara adil di semua negara-negara besar dan wilayah di dunia. Wawancara juga tersebar di berbagai industri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement