Kamis 15 Jan 2015 21:39 WIB

Pengamat: Emas bukan Instrumen Investasi tapi Lindung Nilai

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Petugas menunjukan contoh emas batangan atau logam mulia produksi Aneka Tambang di Pegadaian, Jakarta, Jumat (20/6).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Petugas menunjukan contoh emas batangan atau logam mulia produksi Aneka Tambang di Pegadaian, Jakarta, Jumat (20/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Meski sempat naik, harga emas diprediksi masih akan berfluktuasi mengikuti kondisi global.

Pengajar Tawhid World System, Islamic Economics & Finance (IEF) Program Pasca Sarjana Universitas Trisakti, Jadi Suriadi, Selasa (13/1), mengatakan harga emas patokannya pada harga komoditas global dan beberapa mata uang asing seperti dolar, euro dan yuan. Jika menggunakan rupiah, harganya memang fluktuatif.

Jika masyarakat mau, ia menyarankan investasi di sektor riil dibanding emas. Karena peningkatannya lebih riil. Sebab emas bukan instrumen investasi tapi lindung nilai.

General Manager (GM) Strategic Business unit Syariah PT Pegadaian (Persero), Rully Yusuf mengatakan perubahan harga emas dipengaruhi kondisi makro ekonomi. Tarikan dolar terhadap rupiah ikut jadi faktornya.

Tapi untuk jangka panjang, emas adalah komoditas yang tidak berdampak pada inflasi. Sehingga masih relatif baik jika masyarakat menabung dalam bentuk emas.

Harga logam mulia emas antara 15 Desember 2014 hingga 14 Januari 2015 terlihat berfluktuasi di kisaran Rp 526 ribu-Rp 550 ribu per gram. Hingga 13 Januari 2014, harga emas ANTAM sempat naik Rp 2.000 per gram menjadi Rp 543 ribu dan kembali turun menjadi Rp 541 ribu pada 14 Januari 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement