REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai enam persen pada tahun 2015. Tentu angka melebihi target yang dicanangkan sebelumnya, kata ekonom Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih.
Menurut Sri, penurunan ini mendorong daya beli masyarakat yang bangkit kembali. Ditambah kebijakan penghematan anggaran yang sudah ditempuh, saya kira akan efektif mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai enam persen.
Menurut Sri, kebijakan pemerintah mengurangi subsidi BBM dan menurunkan harga BBM di kala harga minyak dunia turun memiliki dua keuntungan yang berbeda. Pertama, yakni memperluas ruang fiskal untuk belanja produktif dan kedua, memulihkan kembali daya beli masyarakat.
Kendati demikian, ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mampu melebihi target yang dicanangkan 5,8 persen pada tahun 2015. Asalkan penyerapan penghematan anggaran untuk belanja produktif betul-betul mampu direalisasikan pemerintah.
"Penghematan anggaran sebesar Rp200 trilun itu harus bisa diserap untuk menyokong pembangunan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja, serta belanja produktif lainnya," katanya.
Pemerintah secara resmi telah menurunkan harga BBM bersubsidi terhitung mulai 1 Januari 2015. Harga premium diturunkan dari Rp8.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter, harga solar dari Rp7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter.