REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) rokok kretek filter memberikan sumbangan besar nomor dua terhadap garis kemiskinan. Konsumsi rokok kretek filter di perkotaan cenderung lebih tinggi dari konsumsi di pedesaan, yakni sekitar 11,18 persen.
Sedangkan, di masyarakat pedesaan konsumsi rokok kretek filter sebesar 9,39 persen. "Rokok dikonsumsi tapi tidak menghasilkan kalori, salah satu indikator dalam mengukur kemiskinan adalah melalui tingkat kalori," ujar Kepala BPS, Suryamin di Jakarta, Jumat (2/1).
Suryamin menambahkan, apabila pengeluaran konsumsi rokok pada masyarakat dialihkan kepada konsumsi beras maka mereka dapat keluar dari garis kemiskinan. Hal ini karena beras mengandung kalori yang dapat dibakar menjadi energi.
Sementara itu, komoditi yang memberi sumbangan besar terhadap garis kemiskinan adalah makanan. Komoditi yang paling besar yakni beras sebesar 23,39 persen di perkotaan dan 31,61 persen di pedesaan. Sedangkan telur ayam ras menempati peringkat ketiga dengan 3,73 persen di perkotaan dan 3,27 persen di pedesaan.
Untuk komoditi bukan makanan, perumahan memberi sumbangan besar terhadap garis kemiskinan yakni sebesar 8,05 persen di perkotaan dan 6,34 persen di pedesaan. Sedangkan listrik menyumbang sebesar 2,69 persen di masyarakat perkotaan dan 1,56 persen di masyarakat pedesaan. Peringkat ketiga penyebab kemiskinan yakni bensin yang mencapai 2,49 persen di perkotaan dan 1,99 persen di pedesaan.