REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) menyatakan bahwa impor BBM tidak mungkin dihentikan. Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng menjelaskan bahwa permintaan BBM dalam negeri sudah terlampau tinggi dibanding dengan produksi minyak dalam negeri.
"Nah itu, ketersediaan masalahnya. Ke depannya kegiatan usaha, hilir ditarik ke dalam negeri. Transaksi di dalam negeri. Seperti gadget, kita bukan hanya reseller. Semua pemain migas bisa diundang ke dalam negeri. Transaksi dalam negeri kalau perlu," ujar Andy, Selasa (23/12).
Namun, terkait dengan rekomendasi tim reformasi tata kelola migas tentang penghentian impor BBM jenis premium, Andy mengamini. "Kan kalau itu bukan impor semuanya. Tapi impor Ron 88. Tapi kan dengan syarat dan kondisi," lanjutnya.
Ke depan, Andy menilai lebih baik Pertamax mendapat subsidi bila Ron 88 sulit didapat. "Tapi lebih baik lagi kalau subsidi untuk solar saja. Untuk kendaraan umum,"