Rabu 17 Dec 2014 17:06 WIB

Tim 'Anti-Mafia' Migas Melunak Terkait Petral, Ada Apakah?

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Faisal Basri
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Faisal Basri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tim reformasi tata kelola migas bertemu untuk kesekian kalinya. Namun pertemuan kali ini dihadiri oleh PT Pertamina Energy Trading Ltd atau lebih dikenal dengan Petral.

Kehadiran Petral sekaligus untuk membeberkan posisi perseroan saat ini dalam perdagangan minyak. Namun, tim reformasi tata kelola migas terkesan melunak terkait Petral.

Ketua tim Faisal Basri menyatakan,pertemuan kali ini tidak ada sangkut pautnya dengan rencana pemindahan kantor Petral ke Indonesia. "Tidak ada urusan dengan itu (pemindahan kantor Petral). Sama sekali tidak ada. Juga disampaikan oleh Petral kelebihan kalau mereka berada di sana (Singapura)," ujar Faisal Basri kepada awak media, Rabu (17/12).

Faisal menambahkan, pertemuan kali ini belum ada kesimpulan terkait rekomendasi yang akan diajukan kepada pemerintah. "Tidak ada kesimpulan, kami hanya konfirmasi pertanyaan yang mengganggu kita selama ini. Kesimpulan satu demi satu tidak ada, tapi ini akan sangat mempermudah kerja kami terutama untuk rekomendasi harga BBM. Kami banyak memperoleh masukan," lanjut Faisal.

Faisal melanjutkan, Petral sendiri selama ini berperan sebagai trading company. "Mereka memblend ron 92 utk menghasilkan ron 88. Bahkan mereka menyewa blending facility dari Singapura. Peranan mereka sebagai trader, trading agent. Kita juga gatau selama ini," ujarnya.

Terkait transparansi, Faisal menjelaskan bahwa selama ini formula harga pokok BBM untuk Ron 88 adalah 98.42 persen dari Ron 92 ditambah "alfa". Konstanta alfa ini, lanjutnya, adalah besaran distribusi dan margin.

"Ditunjukkan oleh Petral bahwa dari tahun ke tahun pengadaan minyak itu dari NOC (National Oil Comoany). Saya minta NOC nya betul betul memasok atau trader memasok," lanjutnya.

Terkait dengan rencana pergantian direksi Petral, Faisal menyebut bahwa itu bukan ranah tim reformasi tata kelola migas. "Itu bagian Pertamina," ujarnya singkat.

Faisal sendiri menampik bila disebut saat ini tim reformasi tata kelola migas terkesan melunak atau seperti macan ompong. "Kritis itu tidak berarti kami berantem sama Pertamina kan? Tali yang penting menemukan akar masalahnya," lanjut Faisal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement