REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Pada Senin (15/12), kurs tengah Bank Indonesia anjlok ke level Rp 12.599 per dolar AS.
Deputi I Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Kemenko Perekonomian Bobby Hamzar Rafinus mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena faktor internal dan eksternal.
Dari dalam negeri, ujar Bobby, pelemahan rupiah terjadi lantaran meningkatnya permintaan terhadap dolar AS. Alasannya banyak masyarakat yang ingin mengisi liburan akhir tahun ke luar negeri.
"Kan ada natalan, tahun baru. Mereka butuh uang asing, nah yang diburu itu dolar karena dolar laku dimana-mana. Jadi permintaan terhadap dolar meningkat drastis sehingga melemahkan rupiah," kata Bobby ketika dihubungi Republika.
Dari sisi eksternal, rupiah makin tergerus karena semakin kencangnya rumor kenaikan tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat dalam waktu dekat.
"Tadinya kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS) dilakukan pertengahan tahun. Tapi ada kabar akan dipercepat di triwulan pertama 2015. Itu banyak membuat dolar balik ke sana," Bobby menambahkan.
Pemerintah berharap BI dapat aktif turun ke pasar untuk melakukan intervensi. Sementara pemerintah sendiri ingin mencoba melakukan pemanfaatan dengan melemahnya rupiah untuk meningkatkan kinerja ekspor.