REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga properti pada awal 2015 dinilai bakal memperlambat pertumbuhan properti. Di saat yang sama pengamat memprediksi harga properti bakal naik 10-15 persen pada awal 2015.
Terlebih lagi, menurut ekonom dari Indef Ahmad Hery Firdaus, bunga kredit masih tinggi sejak kenaikan BI rate menjadi 7,75 persen pasca kenaikan bahan bakar minyak (BBM) pada November. Padahal dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan properti sangat signifikan di atas 10 persen.
Sehingga berbanding lurus dengan harga properti yang juga cenderung naik dari tahun ke tahun. Namun justru di awal tahun depan hal ini justru menyumbat pertumbuhannya sendiri. Perlambatan menurut dia akan terjadi di perumahan dan apartemen
Ia yakin jika kenaikan di kisaran 10 persen, maka akan terjadi pelambatan pertumbuhan properti sekitar 5 persen. Namun angka tersebut masih harus dikalkulasi karena sektor properti banyak macamnya.
Ia beralasan pada November kebutuhan sektor sandang terdeflasi, menjadi beban masyarakat untuk membeli properti. Sehingga permintaan masyarakat terhadap rumah menurun karena masyarakat memilih bagaimana memenuhi kebutuhan pokok terutama pangan tercukupi dan tidak memikirkan membeli rumah.
Untuk menjaga pertumbuhan properti, diharapkan suku bunga diturunkan. "Setelah BBM naik malah BI rate dinaikkan, harapannya pemerintah harus menjaga stabilitas inflasi dan menurunkan suku bunga," imbuhnya.