REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom menilai sebaiknya BI menjaga suku bunga acuan untuk saat ini. Upaya ini dilakukan untuk menjaga investasi, khususnya investor portfolio di Indonesia.
Kepala Ekonom BTN Agustinus Prasetiantoko mengatakan langkah BI melakukan penaikan BI rate pada (18/11) lalu sebesar 25 basis poin merupakan langkah untuk mendahului ekspektasi investor, sehingga tidak perlu lagi BI melakukan penaikan suku bunga di bulan ini.
Namun, menurutnya tidak mungkin juga BI rate diturunkan. Pasalnya, defisit transaksi neraca berjalan yang kuartal ketiga lalu mencapai 3,07 persen dari PDB masih perlu ditopang oleh neraca portofolio agar neraca pembayaran Indonesia tetap defisit.
Suku bunga di angka 7,75 diharapkan bisa membuat investor portofolio tetap berinvestasi di Indonesia. Menurut dia, idealnya, BI rate tidak diturunkan ke level semula karena dikhawatirkan akan membawa ekspektasi negatif pada investor.
“BI rate ini memitigasi banyak persoalan. Yang dilakukan BI ini adalah mendahului espektasi investor, tapi menurut saya BI rate tidak usah naik lagi karena harga BBM sudah naik,” kata Prasetiantoko, Selasa (9/12).
Ekonom BNI Ryan Kiryanto juga memprdiksikan hal yang sama. Menurut dia kenaikan BI rate lalu sudah cukup tinggi sehingga BI rate tidak pelru naik lagi. Kenaikan BI rate dari 7,5 menjadi 7,75 juga bisa meredam inflasi hingga akhir tahun.
“Apalagi sekarang banyak masukan dari pihak lain agar BI mengerem kenaikan BI rate untuk memberikan ruang gerak yang lebih longgar bagi perbankan dan sector riil untuk berinvestasi,” kata Ryan.