Kamis 04 Dec 2014 00:43 WIB

Amankan Pangan, Indonesia Harus Punya Peta Daya Saing Mandiri

Rep: C78/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pertanian
Foto: Antara
Pertanian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mesti memiliki peta daya saing sendiri. Tujuannya, agar Negara memiliki acuan berdasarkan fakta dan data, tentan apa yang mesti ditingkatkan maupun diperbaiki soal pengadaan dan keamanan pangan.

Dengan begitu, Indonesia tidak melulu mengandalkan hasil laporan dan penilaian pihak luar dalam mengevaluasi urusan pangan.  “Peneliti Indonesia harus punya cara menilai sendiri, melihat daya saing itu jangan melulu mengandalkan penilaian orang lain,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Haryono dis ela-sela Fast Focus Group Discussion (FFGD) yang diselenggarakan Badan Litbang Kementerian Pertanian pada Rabu (3/12).

Ketika peta daya saing telah dimiliki mandiri, peta tersebut harus diperbaharui secara disiplin sehingga pemerintah dapat bergerak dan punya acuan sendiri dalam menerapkan kebijakan pangan. Ditegaskannya, Indonesia tak boleh jadi pengekor yang mengikuti hasil penilaian orang lain, padahal belum kenal dengan nilai yang ada dalam diri.

Dalam arahannya, ia menyebut Indonesia menempati peringkat 34 dalam kemampuan daya saingnya. Hal tersebut berdasarkan laporan The Global Competitiveness Report 2014-2015 yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF).

Peringkat tersebut baik sebagai bahan evaluasi. Namun, tetap dibutuhkan penilaian dan pemeringkatan mandiri, agar fokus perbaikannya pun terarah.  Memperhatikan hasil lapotan WEF, untuk kawasan Asia Tenggara, kata dia, Indonesia masih kalah dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.

Sementara, predikat Negara dengan daya saing tertinggi di dunia didapuk oleh Swiss di peringkat pertama dan Singapura bertahan di peringkat kedua.  Diceritakan Haryono, dalam penilaiannya, WEF menggunakan 12 faktor penilaian dalam menetapkan peringkat-peringkat tersebut. Di antara kedua belas faktor tersebut misalnya infrastruktur, pendidikan dan pelatihan, efisiensi pasar tenaga kerja serta kesiapan teknologi dan inovasi.

Dari faktor tersebut, akan diperoleh gambaran dan perbandingan daya saing, produktivitas dan kesejahteraan di 144 negara. Penyusunan peta daya saing, lanjut dia, bisa dimulai dengan membandingkan antarprovinsi. Atau jika perlu, peneliti Balitbangtan harusnya memiliki peta daya saing antar kabupaten/kota. Menurutnya, membaca kondisi diri sendiri akan sangat membantu dalam menghadapi persaingan global.

Terlebih, Masyarakat Ekonomi Asean akan segera datang pada 2015. Artinya, pasar global akan terbuka. Kejahatan pangan di samping serbuan barang luar yang harus difilter akan lebih keras mendera, dan Indonesia harus bisa survive menjaga warganya sendiri, sekaligus menjaga agar produk Indonesia di luar negeri dapat bersaing sehat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement