Kamis 27 Nov 2014 17:57 WIB

Ini Bentuk Antisipasi Pertamina Ketika Minyak Dunia Turun

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Muhammad Husen
Foto: ROL/Casilda Amilah
Muhammad Husen

REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Perusahaan pelat merah, PT Pertamina (Persero) berencana melakukan efisiensi biaya menghadapi tren penurunan harga minyak dunia. Pelaksana Tugas (Plt) Presiden Direktur Pertamina, Muhamad Husen mengatakan perusahaan masih belum tahu sampai kapan penurunan harga ini akan terjadi.

"Hingga 95 persen penghasilan Pertamina itu dari berjualan minyak mentah. Tentu saja penurunan harga minyak dunia ini kurang bagus bagi perusahaan. Kita akan lakukan efisiensi biaya sebagai bentuk antisipasi," kata Husen dijumpai Republika di Tuban, Kuta, Kamis (27/11).

BUMN energi tersebut tak bisa menebak kapan tren penurunan ini akan berakhir. Husen mengatakan dia belum tahu apakah tren penurunan ini sudah mencapai titik terendahnya (bottom) sehingga akan kembali naik, atau potensi penurunan harga masih akan terus terjadi.

"Kita tak tahu, bisa jadi harga bawah ini akan bertahan satu bulan, atau bisa juga lebih. Segala kasus pernah kejadian dan kami pernah mengalaminya. Untuk itu, antisipasi diperlukan," ujarnya.

Harga minyak dunia tipe light crude untuk pengiriman Desember ada di level 75,89 dolar AS per barel, sedangkan tipe brent di level 79,64 dolar AS per barel. Meski demikian, orang nomor satu di Pertamina ini mengatakan kondisi ini menguntungkan pemerintah mengingat Pertamina merupakan perusahaan negara.

Penurunan harga minyak dunia berarti mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk mengimpor BBM. Sehingga, Pertamina tak menganggap tren penurunan ini murni merugikan perusahaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement