REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -– Tertundanya pengoperasian Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatra Utara, diprediksi mempunyai potensi kerugian Rp 2,5 triliun. Dampak lainnya, penyerapan tenaga kerja langsung dan tidak langsung pun akan terhambat.
Pengamat ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) Wahyu Pratomo mengatakan tenaga kerja tidak langsung yang diperkirakan mencapai 800–1.200 orang tidak akan terserap. Pasalnya, operasional KEK Sei Mangkei diperkirakan mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 2–3 kali dari kebutuhan tenaga kerja langsung.
Artinya, ucap Wahyu, kerugian sebenarnya bisa lebih besar karena investor mengalami kerugian dari dua sisi, yaitu kehilangan pendapatan dan juga biaya operasional yang telah dikeluarkan.
"Belum lagi jika ditambah dengan efek multiplier penerimaan masyarakat jika perusahaan beroperasi," kata dia dalam penjelasan persnya, Rabu (26/11).
Perhitungan kerugian sendiri, kata dia, adalah nilai produksi per hari dikalikan waktu keterlambatan. Sehingga terlihat besaran opportunity cost jika terlambat beroperasi.