Rabu 26 Nov 2014 17:11 WIB

Industri Aluminium Butuh Pembangkit Energi Murah

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Alumunium produk Inalum
Alumunium produk Inalum

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kebutuhan aluminium pada 2015 mendatang diprediksi akan meningkat cepat. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya industri otomotif yang ingin menciptakan kendaraan dengan material ringan dan meningkatnya pertumbuhan gedung-gedung pencakar langit.

Ketua Umum Aplindo, Achmad Safiun mengatakan saat ini produksi aluminium di Indonesia masih rendah yakni sekitar 250 ribu ton per tahun. Padahal, kebutuhan aluminium dalam negeri mencapai 800 ribu ton, sehingga sampai saat ini impor masih belum terbendung.

Bahkan, Safiun memperkirakan pada 2025 kebutuhan aluminium di Tanah Air bisa mencapai 2,2 juta ton per tahun. Dia mengatakan, produktivitas aluminium dalam negeri bisa melimpah apabila didukung oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memadai dan memiliki harga murah.

"Sekitar 48 persen harga aluminium adalah energi, sehingga energinya harus murah, apabila menggunakan energi batu bara atau gas alam, industri aluminium kita gak bisa compete," ujar Safiun di Jakarta, Rabu (26/11).

Idealnya satu ton produksi aluminium membutuhkan energi sebesar 14 MW per jam. Menurut Safiun, Indonesia sebetulnya memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar terutama PLTA. Akan tetapi infrastruktur dan aliran energi listrik belum dibangun dengan baik sehingga menghambat produktivitas industri aluminium.

"Sekarang, hal yang perlu dipikirkan adalah melakukan investasi untuk membangun infrastruktur yang memadai," ujar Safiun.

Safiun menambahkan, apabila Indonesia memiliki sumber energi yang murah maka akan mudah untuk menarik investor. Sejauh ini PLTA merupakan salah satu sumber energi yang cukup murah untuk industri. Pembangunan satu megawatt energi listrik membutuhkan biaya sekitar 15 juta dolar AS.  

Potensi sumber energi air paling banyak terdapat di wilayah Indonesia timur. Safiun mengatakan, dia telah mempromosikan kepada sejumlah investor untuk berinvestasi di sekitar Indonesia timur, namun mereka tidak tertarik karena belum ada infrastruktur dan sumber energi yang memadai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement