REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pertamina memerkirakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebayak 46 juta kiloliter akan jebol hingga akhir tahun 2014 nanti. Prediksi Pertamina, subsidi akan jebol sebanyak 1,6 juta kiloliter. Dengan jebolnya kuota subsidi BBM ini, pemerintah harus mencari cara untuk menutup pengeluaran dari jebolnya subsidi ini.
Anggota Komisi VII DPR RI, Inas Nasrullah Zubir mengungkapkan, pemerintah harus mengambil skenario lain untuk menutupi jebolnya kuota subsidi BBM ini selain mengandalkan APBN-P. Setiap tahun, kuota subsidi BBM di Indonesia sudah sering mengalami pembengkakan.
Solusi paling cepatnya, kata dia, Pertamina menalangi kelebihan kuota subsidi terlebih dahulu. Baru kelebihan kuota dimasukkan dalam APBN 2015."Setiap tahun ada jebol subsidi, biasanya ditalangi dulu oleh Pertamina, nanti baru di rembuse do APBN 2015," kata dia pada Republika, Rabu (26/11).
Inas menambahkan, kalau jebolnya subsidi sekitar 1,6 juta kiloliter, Pertamina hanya akan memberi talangan pada subsidi sekitar Rp 1,6 triliun. Ini dihitung dari asumsi subsidi BBM saat ini hanya sekitar Rp 1000.
Pasalnya, Presiden Joko Widodo sudah memangkas subsidi BBM beberapa waktu lalu. Dengan jumlah jebolnya subsidi sekitar Rp 1,6 triliun ini, menutur Inas, sangat mudah bagi Pertamina menalangi.
"Masak Pertamina tidak bisa dengan jumlah segitu (Rp 1,6 triliun)," imbuh politikus Hanura ini.
Menurutnya, skenario subsidi BBM tahun lalu juga memasukkan kelebihan kuota subsidi sebesar Rp 20 triliun dalam APBN 2014 ini. Waktu itu, jebolnya subsidi juga ditalangi oleh Pertamina sebagai perusahaan plat merah. Menurut Inas, sangat wajar kuota subsidi BBM tahun ini jebol.
Sebab, asumsi dalam APBN 2014 mematok harga minyak dunia di level 105 dolar AS per barel. Padahal, sejak bulan Januari hingga September, harga minyak dunia diatas 105 dolar AS per barel. Baru di bulan Oktober harga turun di bawah patokan APBN.