REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Minyak bumi adalah energi tak terbarukan. Dengan jumlah cadangan minyak terbatas, Indonesia memerlukan kebijakan strategis untuk menjaga ketahanan energi di masa datang.
Penemuan cadangan minyak baru di Indonesia ternyata lebih kecil dari tingkat produksinya. Lantas, bagaimana dengan ungkapan Indonesia memiliki sumber daya minyak yang melimpah ruah itu? Bahkan sejak di bangku sekolah dasar pun sudah diyakinkan bahwa negeri ini tak akan kekurangan minyak sedikit pun. Bagaimana kenyataan sebenarnya hari ini?
Indonesia sesungguhnya bukan negara yang kaya minyak maupun energi. Tetapi lebih tepatnya, Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman di bidang energi. Bangsa ini memiliki ragam energi mulai angin, air, minyak, batu bara, dan panas bumi. Secara realistis, untuk melihat melimpah atau tidaknya sumber daya minyak kita, bisa dirunut dengan dua pendekatan.
Pertama, dengan membandingkan cadangan minyak yang dimiliki Indonesia dengan negara lain. Kedua, dengan membandingkan cadangan minyak yang dimiliki dan diproduksi dengan tingkat konsumsi. Melalui pendekatan kedua ini akan diketahui tingkat kesinambungan produksi (sustainability) energi minyak bumi di Indonesia.
Cadangan minyak terbukti Indonesia per akhir tahun 2013 berada pada posisi 3,46 miliar barel. Sedangkan menurut statistik energi dunia yang dipublikasikan oleh perusahaan minyak dunia British Petroleum (BP), cadangan minyak terbukti kita adalah sekitar 3,7 miliar barel. Dengan cadangan sebesar ini, publikasi tersebut menempatkan Indonesia pada urutan ke 28 negara-negara penghasil minyak.
Jumlah cadangan kita ternyata jauh di bawah Venezuela dengan cadangan 298,3 miliar barel dan Arab Saudi dengan cadangan 265,9 miliar barel. Meskipun ada negara lain yang posisinya di bawah Indonesia, tidak berarti negara itu lebih “miskin” cadangan minyaknya. Karena, sesuai dengan pendekatan kedua, bisa jadi negara itu memiliki tingkat kesinambungan produksi yang lebih tinggi karena konsumsi minyaknya tidak sebesar Indonesia.
Bagaimana pun, minyak bumi dan gas (migas) berasal dari makhluk hidup purbakala. Selain proses pembentukannya yang lama, sebenarnya tidak semua cadangan migas yang ditemukan bisa dimanfaatkan. Hanya cadangan migas yang cukup ekonomis untuk dikembangkan yang akan diangkat ke permukaan sampai menghasilkan penerimaan (revenue).
Saat ini, Indonesia memproduksi sekitar 800 ribu barel per hari. Bandingkan dengan dua negara pemilik cadangan minyak terbesar di dunia, yaitu Venezuela yang memproduksi 2,73 juta barel per hari dan Arab Saudi yang memproduksi sekitar 11,53 juta barel per hari. Apabila tingkat produksi masing-masing negara dibandingkan dengan cadangan terbukti, maka akan terlihat bahwa laju pengurasan minyak di Indonesia jauh lebih tinggi dari negara-negara pemilik cadangan paling besar di dunia.
Dengan asumsi tingkat produksi berada pada kisaran saat ini dan tidak ada penemuan cadangan minyak baru, cadangan minyak Indonesia diperkirakan akan habis sekitar 11 tahun ke depan. Cadangan minyak nasional bisa ditingkatkan dengan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi memerlukan investasi yang tinggi, sehingga perlu dukungan iklim investasi yang kondusif, di antaranya kelancaran perizinan dan kepastian hukum bagi kegiatan usaha hulu migas.
Potensi pasokan energi yang lain berasal dari gas bumi. Apalagi, meskipun cadangan dan produksi minyak menurun, cadangan dan produksi gas Indonesia memperlihatkan tren positif. Namun, tentu saja butuh keseriusan untuk membangun infrastruktur yang menjadi syarat pemanfaatan gas bumi.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan sumber energi terbarukan yang sebenarnya sangat melimpah di Indonesia, misalnya panas bumi. Semua upaya ini sangat penting guna membangun ketahanan energi nasional, baik untuk hari ini maupun masa mendatang. (adv)