Senin 17 Nov 2014 18:36 WIB

Pengamat: Rakyat akan Lawan Kenaikkan BBM

Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Gempar (Geraka Mahasiswa Peduli Rakyat) berunjuk rasa menolak rencana kenaikan harga BBM di Curug, Serang, Banten, Kamis (13/11).  (Antara/Asep Fathulrahman)
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Gempar (Geraka Mahasiswa Peduli Rakyat) berunjuk rasa menolak rencana kenaikan harga BBM di Curug, Serang, Banten, Kamis (13/11). (Antara/Asep Fathulrahman)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan dilakukan pemerintah Jokowi JK menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan, salah satunya Solidaritas Untuk Pergerakan Aktifis Indonesia (Suropati). Aktifis dari Suropati, Aditya Iskandar menekankan menolak kenaikan harga BBM.

"Kami akan terus melakukan perlawanan karena ini menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia. Bohong kalau mereka bilang kenaikan harga BBM untuk menyelamatkan keuangan atau inflasi negara kita," ujar Aditya saat konferensi pers di Bakoel Koffie Jakarta, Ahad (16/11).

Selain itu, dikatakan Aditya bahwa kenaikan Migas ini bukan hanya semata-mata mengenai harga dan kenaikan inflasi, tapi menurutnya ada mafia minyak dan gas (migas) yang bermain di dalamnya.

"Bukan semata-mata kenaikan harga atau inflas yang 1,2-1,3 persen saja, ini ada mafia migas di dalamnya. Kita sudah tau lah siapa menteri-menteri yang rekam jejaknya berhubungan mafia migas ini,"  pungkasnya.

Untuk diketahui Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardodjo mengatakan bahwa setiap kenaikan BBM Rp1.000 bisa menaikan inflasi 1,3 persen. Jika kenaikan harga BBM Rp3.000 maka akan menaikan inflasi 3,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement