REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) mendapat anggaran
public service obligation (pso) 2015 sebesar Rp 1,6 triliun. Jumlah pso ini meningkat dibanding tahun lalu yang berjumlah Rp 872 miliar.
Dengan disetujuinya dana tersebut dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2015, sejumlah perubahan dalam pelayanan di atas kapal akan dilakukan perusahaan pelayaran negara itu. Pelayanan itu diantaranya dengan melakukan perbaikan kapal-kapal, juga menambah beberapa fasilitas umum di dalamnya. Salah satu kapal yang akan menjadi contoh adalah KM Kelud.
"KM Kelud ini nantinya menjadi contoh dari empat kapal yang kami perbaiki dalam waktu dekat guna meningkatkan mutu pelayanan," ujar direktur utama (dirut) PT Pelni Sulistyo Wimbo, Ahad (16/11).
Empat kapal yang akan diperbaiki dengan anggaran pso itu diantaranya KM Tidar, Pangrango, Caraka, dan Wilis. Diharapkan dengan perbaikan ini, mutu pelayanan PT Pelni dapat meningkat, sehingga semakin banyak masyarakat yang berminat menggunakan transportasi laut.
Konsep baru yang ditawarkan oleh KM Kelud adalah perbaikan di kelas ekonomi serta penambahan fasilitas dalam kapal. Perbaikan itu diantaranya dilakukan di kamar mandi, juga tempat tidur masing-masing penumpang.
Fasilitas tambahan dalam kapal buatan Jerman ini adalah pusat bermain anak, mini gym untuk berolahraga, ruang konferensi yang disewakan untuk korporat juga ruang game center. Nantinya, pemasangan wifi juga dilakukan di atas kapal melalui kerjasama dengan dua operator telepon seluler ternama di Indonesia.
Tidak hanya itu, perbaikan dalam pelayanan makanan yang diberikan kepada penumpang di kapal dengan rute Tanjung Priok-Sekupang-Belawan juga dilakukan. Selama ini, Wimbo menilai kualitas makanan yang diberikan buruk.
"Kualitas makanan ini kami perbaiki, menu dijadikan lebih bervariasi tidak hanya nasi dan telur. Kami juga melakukan pelatihan terhadap koki-koki," jelas Wimbo.
Di sisi lain, peningkatan mutu layanan PT Pelni diharapkan dapat mendorong tambahan pendapatan salah satu badan usaha milik negara tersebut. Pada 2013 lalu, Pelni tercatat mengalami kerugian operasional hingga Rp 634 miliar.