REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan di kuartal ketiga sebesar 6,8 miliar Dollar AS atau sebesar 3,07 persen dari PDB. Angka ini lebih rendah dibandingkan rendah dibandingkan deficit pada kuartal kedua yaitu sebesar 8,7 miliar dolar AS (4,85 persen PDB).
Dibandingkan periode yang sama tahun 2013, deficit ini menurun dari 8,6 miliar dolar AS (3,89 persen). Kepala Departemen Statistik BI Hendi Sulistyowati mengatakan perbaikan di transaksi berjalan ini lebih tinggi dibaikkan ekspektasi BI.
Dia mengatakan perbaikan di neraca berjalan ini disebabkan karena peningkatan surplus non migas dibandingkan kuartal kedua dari 2,724 miliar menjadi 4,327 miliar dolar AS. Neraca migas masih mengalami defisit sebesar 3,140 miliar dolar AS karena bertepatan dengan momen lebaran.
Namun, ada perbaikan di neraca perdagangan migas lantaran turunnya impor minyak mentah dan meningkatnya pasokan minyak dalam negeri. Hendi mengatakan perbaikan ini menyebabkan neraca barang menjadi surplus. Neraca barang pada kuartal ketiga surplus 1,555 miliar Dollar sementara di kuartal kedua deficit 126 juta dolar AS.
Neraca jasa mengalami deficit 2,531 miliar dolar AS. Defisit jasa menurun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 2,909 miliar dolar AS. Penurunan deficit ini turun lantaran impor juga mengalami penurunan sehingga jasa yang harus dibayar untuk impor menjadi berkurang. Pada kuartal ketiga, impor berkurang 2,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Hendi mengatakan ada potensi transaksi berjalan Indonesia akan semakin baik jika pemerintah jadi menaikkan harga BBM. Pasalnya, kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi BBM menjadi turun. Dampaknya, impor minyak akan turun dan negatf neraca migas tidak begitu besa.
Dalam jangka panjang hal ini akan berdampak pada transaksi berjalan.
“Kalau BBM naik, konsumsi akan melambat, impor melambat, dampaknya akan positif,” kata Hendi, Jumat (14/11).
Sementara itu, dari sisi transaksi financial, di kuartal ketiga mengalami suplus 13,668 miliar. Investasi langsung mencapai 5,429 miliar dolar AS, meningkat tajam dibandingkan kuartal kedua yang hanya 3,695 miliar Dollar AS. Investasi portofolio yang masuk mencapai 7,090 miliar dolar AS.
Angka ini menurun dibandingkan kuartal kedua yang mencapai 8,317 miliar dolar AS. Penurunan investasi portofolio ini diduga disebabkan karena adanya pengaruh global. Saat itu, The Fed mengumumkan penghentian pelonggaran kuantitatif sehingga turut berdampak pada investasi portofolio di kuartal ketiga.
Secara keseluruhan, neraca pembayaran Indonesia surplus 6,475 miliar dolar AS. Hendi melihat hingga akhir tahun tren neraca pembayatan masih akan positif meskipun dia tidak bisa memperkirakan besarannya. Pada kuartal ketiga, cadangan devisa mencapai 111,164 miliar dolar AS.