Jumat 14 Nov 2014 06:39 WIB

Harga Minyak Mentah Jatuh ke Tingkat Terendah Baru

Sebuah mesin berat memompa minyak mentah dari ladang minyak di Lubbock, Texas (ilustrasi)
Foto: En.wikipedia.org
Sebuah mesin berat memompa minyak mentah dari ladang minyak di Lubbock, Texas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah berjangka dunia jatuh ke tingkat terendah baru pada Kamis (Jumat pagi WIB, 14/11), di tengah pasar yang banjir pasokan karena produksi AS mencapai rekor baru dan pasar mempertimbangkan bantahan Saudi tentang perang harga.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, anjlok 2,97 dolar AS, atau 3,8 persen, menjadi 74,21 dolar AS, penutupan terendah sejak 17 September 2010. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember, turun sebesar 2,46 dolar AS pada hari terakhir kontrak, menjadi 77,92 dolar AS per barel di perdagangan London. Ini adalah pertama kalinya sejak September 2010, Brent ditutup di bawah 80 dolar AS.

Berita bahwa produksi minyak AS melebihi sembilan juta barel per hari "secara psikologis bearish untuk pasar," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.

Amerika Serikat menghasilkan 9,063 juta barel minyak per hari dalam seminggu yang berakhir 7 November, Departemen Energi AS melaporkan pada Kamis. Itu menandai produksi tertinggi setidaknya sejak Januari 1983, ketika departemen mulai menerbitkan data statistik.

Cadangan minyak mentah AS di pusat minyak di Cushing, Oklahoma, yang diawasi ketat oleh para pedagang karena berfungsi sebagai acuan bagi perdagangan WTI di New York, melonjak 1,7 juta barel pada pekan lalu menjadi 22,5 juta barel. Pasar masih menebak-nebak langkah kartel Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam menghadapi penurunan harga.

Pada Rabu, Ali Al-Naimi, Menteri Perminyakan Arab Saudi, produsen minyak terbesar OPEC, mengatakan dalam sebuah konferensi di Meksiko bahwa "pembicaraan tentang perang harga adalah tanda kesalahpahaman -- disengaja atau tidak -- dan tidak memiliki dasar dalam realitas". "Kami tidak berusaha mempolitisasi minyak, kami juga tidak berkolusi melawan siapa pun. Untuk kami, itu adalah sebuah pertanyaan tentang penawaran dan permintaan. Ini adalah murni bisnis," kata dia.

Pertemuan OPEC mendatang ditetapkan pada 27 November dan beberapa anggota mendesak tindakan untuk menaikkan harga. "Harga telah bergerak lebih rendah dan memaksa OPEC untuk membuat keputusan memangkas produksinya," kata Lipow.

"Secara jelas berita ekonomi dari seluruh dunia telah lebih buruk dari yang diharapkan dan 'headline' mereka, dalam hubungannya dengan kenaikan produksi minyak AS dan Libya, telah menyebabkan pasar melakukan perubahan tiba-tiba dibandingkan dengan awal tahun ini dan turun secara drastis," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement