Selasa 11 Nov 2014 16:31 WIB

Sistem Resi Gudang Untungkan Petani

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang pekerja menimbang kedelai di gudang penyimpanan. (ilustrasi)
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Seorang pekerja menimbang kedelai di gudang penyimpanan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) bekerja sama dengan pemerintah daerah kembali membangun gudang di 19 kabupaten di Indonesia, untuk Sistem Resi Gudang (SRG). Gudang-gudang ini akan digunakan untuk menyimpan komoditi barang hasil panen.

Kepala Bappebti Kementerian Perdagangan, Sutriono Edi mengatakan, pembangunan SRG yang sudah digalakkan sejak 2009 ini diharapkan dapat membantu menghidupkan kembali perekonomian daerah. Kemudian mendorong tumbuhnya pelaku usaha di daerah dan sebagai sarana pengendalian stok nasional yang lebih efisien.

Sejak 2009 sampai 2013 Bappebti bersama dengan Pemerintah Daerah telah membangun SRG sebanyak 98 di 78 kabupaten di 21 provinsi. “Diharapkan SRG ini dapat mendorong stabilitas harga dengan memberikan kepastian kualitas dan kuantitas komoditas barang yang disimpan, sehingga mendapatkan harga yang lebih baik,” ujar Sutriono, Selasa (11/11).

Sutriono mengatakan, dengan gudang SRG petani atau pelaku usaha di daerah bisa mendapatkan pembiayaan bunga rendah dengan cara tepat dan muda, serta mendorong berusaha secara kelompok sehingga meningkatkan posisi tawar. Pemerintah fokus menerapkan gudang SRG ini pada daerah Jawa Barat, karena menyumbang sektor pengolahan dan produksi beras nasional yang sangat besar.

Di Jawa Barat, Bappebti telah membangun sebelas gudang SRG yang berlokasi di Cianjur, Garut, Bogor, Sumedang, Kuningan, Subang, Majalengka, Purwakarta, Tasikmalaya, dan Ciamis. Pembangunan pertanian dan kehutanan di Jawa Barat diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, memantapkan swasembada pangan, serta melakukan aneka ragam produksi hasil pertanian dan kehutanan yang berorientasi ekspor.

Sutriono mengatakan salah satu masalah dalam sektor pertanian adalah masih panjangnya rantai tata niaga pertanian, sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan.

Menurutnya, dengan dibangun SRG maka dapat menjadi solusi atas semua permasalahan yang dialami oleh petani dalam hal penjualan. “SRG ini berbasis kerakyatan dan manfaatnya menyentuh masyarakat di level bawah,” kata Sutriono.

Secara akumulatif sampai dengan 6 November 2014 jumlah resi gudang yang telah diterbitkan sebanyak 1.732 resi dengan total volume komoditas sebanyak 70.575,04 atau total senilai Rp. 355,60 miliar. Komoditas itu terdiri dari 60.205,93 ton gabah, 5.295,47 ton beras, 4.628,15 ton jagung, 25,49 ton kopi, dan 420 ton rumput laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement