REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Diluncurkannya program-program pembangunan infrastruktur oleh pemerintah berdampak terhadap penerbitan obligasi. Menurut Kepala Pengawas Eksekutif Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida, adanya proyek-proyek tersebut memicu naiknya kebutuhan akan pendanaan yang bersifat jangka panjang.
“Obligasi merupakan pedanaan jangka panjang, itu tentu cocok untuk program jangka panjang seperti pembangunan infrastruktur,” kata Nurhaida kepada Republika di Jakarta, Jumat (7/11).
Di samping itu, OJK mencanangkan program khusus pengembangan pasar surat utang yang disebut electronic trading platform. Diharapkan dengan adanya program ini transaksi surat utang dapat terjadi di platform atau tempat transaksi yang sama. Dengan demikian harga perdagangan surat utang dapat diketahui sehingga ada benchmark alias tolok ukurnya.
Dengan adanya benchmark, lanjutnya, pasar surat utang akan lebih berkembang. “Karena penerbit surat utang dapat melihat berapa surat utang yang aka diterbitkan dan di harga berapa,” jelasnya.
OJK juga bekerja sama dengan Self Regulatory Organization (SRO) untuk mengembangkan indeks surat utang atau Indonesia bond index (Indobex). Indobex rencananya akan diluncurkan akhir November atau awal Desember tahun ini. Nantinya dengan adanya Indobex akan terlihat pergerakan harga surat utang di pasar modal.
“Dengan adanya proyek infrastruktur, electronic trading platform, dan adanya kebutuhan surat utang jangka panjang, saya optimistis obligasi akan makin banyak diterbitkan,” tegas Nurhaida.
Meski demikian, pasar modal sangat dipengaruhi oleh kondisi makro. Ia mencontohkan apabila bunga deposito meningkat maka bunga obligasi pun ikut meningkat. Dengan bunga obligasi yang lebih tinggi maka biaya penerbitan obligasi juga naik sehingga tidak menarik bagi emiten.