REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Kepala Dewan Pengurus Cabang Organisasi Angkutan Darat (DPC Organda) Kota Bogor, Moch Ischak, mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) seperti memakan buah Simalakama. Kenaikan harga BBM yang disebut-sebut akan terjadi November ini memiliki dampak buruk bagi Organda.
“Tarif tidak naik pengusaha merugi, tarif naik penumpang akan pindah ke moda transportasi lain,” ujar Ischak, saat ditemui Republika, Kamis (6/11). Ischak mengatakan jika tarif angkot naik 50 persen, kemungkinan penumpang akan beralih menggunakan transportasi yang lebih murah seperti motor.
Tak heran, tambahnya, pengguna motor semakin hari semakin bertambah. Hal itu merupakan salah satu dampak terburuk dari kenaikan BBM. “Uang lebih baik dihabiskan untuk kredit motor, kekayaan masyarakat jadi bertambah,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Ischak, mustahil jika tarif angkutan tidak ikut naik saat harga BBM naik. Kerugian dan keuntungan pengusaha angkot juga harus diperhitungkan.
Ischak mengaku, DPC Organda Kota Bogor dengan tegas menolak kenaikan harga BBM. Bahkan, surat protes sudah dilayangkan ke pusat agar kenaikan BBM dapat dipertimbangkan kembali.
“Kami tidak tinggal diam, karena ini menyangkut anggota kami,” kata Ischak. Solusi Pemkot Bogor saat ini adalah dengan pengadaan angkot berbahan bakar gas (BBG). Hanya saja 1001 angkot yang sudah dipasang converter kit harus ditinjau kembali karena sudah lama tidak digunakan.
Ischak juga mengutarakan supir angkot Bogor tidak perlu takut menggunakan angkot BBG karena keamanannya telah terjamin BBG tidak sama dengan tabung gas LPG yang dapat meledak jika terjadi kebocoran. “Tentu kami mengutamakan keselamatan anggota kami,” terangnya.