Ahad 02 Nov 2014 17:00 WIB

Saham IPO Direncanakan Bisa Dipesan Secara Elektronik

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Indira Rezkisari
Seorang melintas di depan layar Grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/8).
Foto: Prayogi/Republika
Seorang melintas di depan layar Grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna menjaring investor ke wilayah yang lebih luas untuk perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (IPO), PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana membuat sistem pemesanan saham perdana elektronik.

Direktur Utama BEI Ito Warsito mengatakan bursa akan membantu membuatkan sistem itu agar investor dari seluruh Indonesia bisa ikut memesan saham dalam setiap IPO. Biasanya, calon investor IPO harus mendaftar ke penjamin emisi efek yang kebanyakan hanya beroperasi di Jakarta, sehingga investor di kota-kota lain di luar Jawa hampir mustahil memesan saham IPO.

Selain menguntungkan investor, sistem ini membantu penjamin emisi. ''Hasil yang terkumpul bisa digunakan underwriter untuk menentukan harga dan alokasi hasil IPO. Semua pesanan masuk ke sana dan terlihat berapa besar yang terserap,'' kata Ito akhir pekan lalu.

Ia mencontohkan investor di Papua yang merupakan nasabah broker X, namun penjamin emisi saham IPO sebuah perusahaan oleh broker A di Jakarta. Secara normal dengan kondisi saat ini, investor di Papua harus memesan saham IPO harus melalui broker A.

Sistem nantinya bisa membuat investor mengakses saham IPO melalui seluruh broker. ''Tapi bayangkan dari Papua memesan ke Jakarta, berapa besar ongkosnya? Kalaupun dokumennya dikirimkan lewat pos akan besar biayanya?,'' kata Ito.

Dengan sistem elektronik maka investor di berbagai kota di Indonesia bisa memesan. Seperti halnya perdaganan efek di bursa.

Investor asing juga dimungkinkan untuk ikut. Syaratnya tentu investor, domestik dan asing, harus sudah mempunya terdaftar di bursa dengan memiliki single investor identity (SID).

Karena koneksinya sudah ada dan jaringan koneksinya pun sama, BEI optimistis program ini bisa mulai digunakan tahun depan. ''Ini program 2015 dan masuk RKP 2015. Harusnya satu semester bisa selesai,'' kata Ito.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement