REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Program stimulus finansial AS selesai sudah. The Fed mengumumkan dihentikannya program quantitative easing (QE) yang telah berlangsung selama enam tahun sejak 2008. The Fed pun mengucurkan dana miliaran dollar AS untuk membeli surat berharga negara (UST) dan menjaga tingkat bunga mendekati nol persen.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan QE yang berhenti ini menandakan ekonomi AS yang mulai membaik. “Kita masuk pada kondisi normal dan membersiapkan diri karena ada kemungkinan The Fed menaikkan bunga cukup kuat,” ujar Agus, Kamis (30/10).
Dia mengatakan ada kemungkinan The Fed rate anak naik pada kuartal kedua atau ketiga tahun depan. Ada indikasi kuat bunga The Fed akan naik pada akhir 2015. Kenaikan dari 0,25 persen menjadi 1,4 persen. Di tahun 2016, bukan tidak bungkin bunga akan naik menjadi 2,9 persen.
Tiap kali ekonomi tumbuh, hampir selalu the Fed mengumumkan kenaikan bunga. Hal inipun, kata dia telah menular ke Brazil. Dan Indonesia, kata dia, berada di dalam satu kelompok dengan Brazil sebagai negara berkembang.
Agus mengatakan kemungkinan kenaikan the Fed ini tidak mengejutkan lantaran bukan kali pertama. Pada periode Januari-Desember 2005 lalu, the Fed pernah menaikkan bunga dari 2,25-4,25 persen.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan termasuk kemungkinan The Fed menghentikan stimulus. Semuanya, kata dia sudah dihitung dalam setiap kebijakan moneter yang akan diambil BI. “Jadi, kalau kemarin kita pertimbangkan BI rate tetap, kita sudah pertimbangkan itu, semua sudah diperhitungkan,” katanya.
Menurut BI, keuangan Indonesia sudah cukup kuat untuk mengahdapi berbagai tekanan termasuk stimulus yang dihentikan, penurunan ekonomi di Cina, serta harga komoditas yang turun.