Rabu 29 Oct 2014 19:49 WIB

Pemerintah Didesak Reformasi Bidang Logistik

Rep: C87/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan, mendesak pemerintah melakukan reformasi di bidang logistik. Sebab, selama ini sistem logistik di Indonesia dinilai belum efisien.

Dalam reformasi di bidang logistik, ada lima pilar, di antaranya harmoniasasi regulasi, infrastruktur, dan kebijakan fiskal.

"Biaya laut lebih sedikit karena memang banyaknya di darat sekitar 82 persen, di laut cuma enam sampai tujuh persen, ini harus diubah, kenapa yang 82 persen tidak pindah ke laut," kata Yukki kepada wartawan di sela-sela acara Indonesia Transport, Supply Chain & Logistik (ITSCL) dan Intralogistics (ILI) di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Rabu (29/10).

Menurutnya, hal itu bukan hanya tanggung jawab Kementerian Perhubungan, melainkan Kementerian Perdagangan yang memiliki barang, Kementerian Keuangan sebagai pembuat kebijakan fiskal dan Kementerian Pekerjaan Umum yang menyediakan jalan.

Biaya di darat lebih mahal, sebab perjalanan dari Jakarta ke Surabaya yang dulunya hanya dua hari, saat ini memakan waktu satu pekan. Hal itu disebabkan kemacetan dan infrastruktur yang kurang mendukung. Sedangkan tidak semua barang bisa diangkut melalui transportasi udara.

Pihaknya juga menyerukan dibentuknya Badan Logistik dan Transportasi Nasional yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Agar kebijakan kementerian yang bertanggung jawab soal logistik bisa bersinergi.

"Badan ini tetap perlu, kita berharap badan itu ada dan melaporkan ke presiden, untuk rekomendasi, tapi juga dapat mengambil langkah-langkah," jelasnya.

Meski demikian, pihaknya belum bisa memastikan target penurunan biaya logistik dalam lima tahun ke depan. Sebab, jika angkutan darat masih mendominasi akan sulit. Yang paling penting yakni peningkatan layanan atau level of service.

Dia mencontohkan bagaimana dari Jakarta ke Surabaya ke Sumatra tidak semua lewat jalur darat tapi lewat laut. Sehingga bisa lebih cepat dan efisien. Di samping itu, jika pertumbuhan ekonomi tinggi akan membutuhkan alat angkut lebih banyak.

"Saya enggak berani ngomong turun, karena dari kemarin ngomong turun lima tahun tidak turun-turun," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement