REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Laba bersih PT Bank Tabungan Negara (Persero) hingga kuartal ketiga turun 28,5 persen dibandingkan tahun lalu. Direktur Utama BTN Maryono mengatakan laba BTN hingga kuartal ketiga hanya mencapai Rp 755 miliar.
Dia mengatakan turunnya laba ini disebabkan karena adanya pengetatan likuiditas dan tingginya bunga deposito yang harus dibayarkan kepada nasabah. Dana pihak ketiga sepanjang sembilan bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar 15,05 persen atau Rp 101,84 triliun.
Pada periode tahun sebelumnya, perolehan DPK hanya Rp 88,54 triliun. Komposisi DPK BTN didominasi oleh dana giro mencapai 15,61 persen, dana tabungan 12,6 persen dan dana deposito 15,85 persen.
Maryono mengatakan laba tidak sebanding dengan peningkatan DPK lantaran adanya kenaikan cost of fund. “Ada kenaikan komponen biaya operasional, tapi naiknuya biaya dana paling tinggi,” ujar Maryono.
Maryono mengatakan bunga deposito yang harus dibayarkan tidak sebanding dengan pendapatan bunga yang diterima BTN. Hingga kuartal ketiga, komposisi kredit untuk pembiyaan rumah BTN mencapai Rp 97,944 triliun atau 88,61 persen.
Sisanya, Rp 12,593 triliun merupakan kredit non perumahan. Sementara, KPR subsidi mencapai 42 persen dari total kredit perumahan. Sisanya, 58 persen atau Rp 58,80 triliun merupakan KPR non subidi.
Dia mengatakan tidak ada kenaikan suku bunga untuk KPR subsidi, sedangkan BTN juga tidak bisa menaikkan KPR non subsidi secara drastic atau mengikuti bunga deposito lantaran segmen pasar BTN merupakan masyarakat menengah ke bawah. Kenaikan bunga KPR non subdisi dikhawatirkan akan menaikkan kredit macet atau non performance loan (NPL).
“Maka ini pilihan, dengan menjaga NPL, likuiditas aman kita memang akan mengalami hal ini (penurunan laba) untuk sementara waktu),” katanya.Menurutnya, menjaga kualitas NPL, akan membuat laba tetap bisa naik aman lantaran bisnis bank baik dari sisi pertumbuhan maupun kualitas kredit masih baik. Iapun optimis target laba sebesar Rp 1,5-1,6 triliun masih bisa tercapai di tahun ini.
Hingga akhir tahun, BTN menurunkan NPL hingga empat persen. Berbagai strategi dilakukan untuk mencapai target tersebut. Misalnya, dengan membentuk unit kerja khusu yaitu consumer collection adn remedial collection (CCRD) yang bertanggungjawab mengelola kualitas kredit consumer dengan umur tunggakan kurang dari 360 hari.
Selain itu, BTN juga membentuk Asset Management Division (AMD) yang bertanggungjawab menangani kualitas kredit konsumer dengan umur tunggakan lebih dari
360 hari dan melakukan penjualan atau pelelangan kredit komersial yang tidak dapat ditagih.
Pada Desember 2013, total outstanding kredit NPL tercatat mencapai Rp 4 triliun. Tahun 2014, perseroan menargetkan bisa melakukan recovery sekitar Rp 1 triliun. Hingga kuartal ketiga, recovery asset mencapai Rp 831 miliar.