Senin 27 Oct 2014 10:00 WIB
kabinet kerja

Saleh Husin Harus Bangun Perindustrian Sabut Kelapa

Saleh Husin (Kanan)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Saleh Husin (Kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terpilihnya Saleh Husin sebagai Menteri Perindustrian diharapkan dapat mengembangkan industri hilir sabut kelapa agar masyarakat petani dapat nilai tambah, kata seorang pengusaha industri sabut kelapa Ady Indra Pawennari

"Sebagai pelaku dalam industri sabut kelapa kami tentunya sangat berharap banyak di tangan Pak Menteri Saleh Husin industri hilir sabut kelapa berkembang," ujar Ady yang juga Ketua Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia di Batam, Minggu malam.

Pengusaha muda yang punya pabrik pengolahan sabut kelapa di Pulau Bintan itu mengatakan sabut kelapa dapat diolah menjadi bahan baku sofa, bantal atau matras. Industri pengolahan sabut kelapa dapat menjadi andalan karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia.

Ia mengatakan, setiap tahun Indonesia menghasilkan 15 miliar butir kelapa namun sabut kelapa baru bisa diolah 3,2 persen dan itu baru produk material yang disebut cocofiber, belum produk jadi.

"Produk material sabut kelapa inilah yang dikirim ke Tiongkok dan di negara itu cocofiber diolah lagi jadi berbagai barang industri yang menjadi pelengkap kebutuhan rumah tangga," katanya.

Menurut dia, jika saja ada industri hilir sabut kelapa berkembang di Indonesia tentu petani kelapa kehidupannya lebih baik karena mereka tidak saja dapat menjual buah kelapa tetapi juga sabutnya yang diolah menjadi kebutuhan industri dan produk tersebut dapat diekspor ke berbagai negara Eropa yang lebih memilih bahan natural untuk sofa, jok mobil, bantal atau matras.

Lagipula, lanjut dia, dengan adanya industri hilir sabut kelapa maka rakyat juga dapat menikmati produknya seperti sofa berbahan sabut kelapa dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan sofa berbahan busa.

"Saya punya pabrik sofa sabut kelapa di Bintan. Bayangkan saja satu set sofa membutuhkan 10 kilo cocofiber. Harga cocofiber perkilo hanya Rp3.500 jauh lebih murah dibandingkan busa yang per kilonya mencapai Rp40.000," ungkap Ady.

Dijelaskannya, dengan harga bahan baku yang murah tentunya harga jual sofa cocofiber jauh lebih murah dibandingkan dengan sofa busa.

Ia mengaku, selama ini Kementerian Perindustrian baru mengembangkan sektor hulu bagi industri sabut kelapa yakni berupa memberikan bantuan mesin pengolahan sabut kelapa untuk dijadikan cocofiber.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement