Selasa 21 Oct 2014 10:28 WIB

Jokowi Ingin Swasembada Pangan, Realistis Sih, tapi...

Rep: C88/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
  Pekerja memindahkan beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Selasa (30/9). (Republika/ Yasin Habibi)
Pekerja memindahkan beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Selasa (30/9). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Langkah Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia berswasembada pangan dinilai realistis oleh pengamat. Akan tetapi sebelum melangkah ke arah yang lebih jauh, Jokowi terlebih dahulu harus membenahi data produksi pangan yang selama ini dinilai tidak akurat.

Pengamat pertanian Khudori mengatakan, jika mengacu pada data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) maka Indonesia telah berswasembada beras. Hal ini tercermin dari kemampuan produksi domestik yang dapat memenuhi lebih dari 90 persen kebutuhan nasional.

Akan tetapi tidak demikian pada komoditas jagung. Pemerintah, lanjut Khudori, selama ini mempublikasikan bahwa produksi jagung nasional mencapai 18 juta ton per tahun. Tetapi kenyataannya para produsen pakan ternak mengaku masih kesulitan memperoleh jagung.

Akibatnya Indonesia harus mengimpor sedikitnya tiga juta ton jagung per tahun. Padahal jika ditilik lebih jauh kebutuhan jagung untuk pakan hanya sebesar delapan juta ton per tahun. "Sepertinya data produksi jagung itu tidak benar," kata Khudori saat dihubungi ROL, Senin (20/10).

Untuk komoditas gula pasir, pengamat dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia ini menuturkan produksi Indonesia masih jauh untuk mampu memenuhi kebutuhan nasional. Apalagi, kebutuhan gula industri sepenuhnya masih ditopang oleh produk impor.

Ia menyarankan agar pemerintah membenahi data komoditas-komoditas pangan yang strategis. Sehingga dapat diketahui seberapa mampu produksi mencukupi permintaan nasional.

Khudori menyarankan solusi untuk mendongkrak produksi dalam jangka pendek adalah dengan menekan angka kehilangan panen. Mulai dari proses pemanenan, pengolahan, hingga sampai di tangan konsumen. Jika angka kehilangan panen dapat menyusut setengahnya saja, maka produksi dapat meningkat hingga beberapa ton.

"Pemerintah harus secara masif mengintroduksi teknologi sehingga angka kehilangan panen bisa ditekan," jelasnya.

Sebelumnya pada Senin (20/10) Jokowi di Istana Negara berdialog melalui teleconference dengan para petani di Badung, Bali. Saat berbincang dengan para petani, Jokowi mengatakan akan mengusahakan swasembada untuk tiga komoditas pangan pokok yakni beras, gula, dan jagung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement